Kamis, 05 Januari 2012

WISATA HATI ON THURSDAY (Dha'ful Iman bagian II )

Sebelum kita teruskan cerita yg kemarin, kita flash back:


        Ada seorang sahabat UYM yang dipecat sementara istrinya akan melahirkan 2 minggu lagi. Ia membawa istrinya ke bidan dan ternyata bidan merujuk istrinya ke RSCM. DI RSCM, dokter mengatakan kelahiran anaknya harus disesar. Selain itu, anaknya terkena jantung bocor bawaan, kanker otak, dan umurnya tak lebih dari 18 hari. Si bapak sangat terpukul tapi ia masih percaya ada ALLAH yang membantun hamba-Nya yg kesulitan. Pada akhirnya, anaknya lahir dan berumur lebih dari 18 hari bahkan 26 hari.

Nah ini kelanjutannya:

       Setelah 26 hari anaknya di rumah sakit, dokter berkata, "alhamdulillah anak bapak sudah bisa di bawa pulang besok sore setelah bapak mengurus administrasinya." Jegeeerrrr!! Si bapak baru sadar bahwa ia harus menyiapkan uang untuk biaya kelahiran istrinya. Si bapak bingung kemana ia harus dapat uang yang banyak. Dengan iman yg kuat, si bapak yakin pasti ALLAH akan menolong. Si bapak langsung pergi ke rumah temannya di Ciledug, Tomi. Sesampainya di rumah Tomi, si bapak menceritakan maksd kedatangannya. Tomi berkata, "Kalau jumlah segitu saya gak punya, tapi...sebentar saya cari dulu." Tomi pun mencari uang yang ia punya untuk membantu temannya itu. Tomi, "Ini hanya ada 2 juta, semoga bisa membantumu". Si bapak menerimanya dan izin pamit.
       Nah, ada yang berbeda yang dilakukan oleh si bapak ini. Ia ke RSCM dari Ciledug BERJALAN KAKI. *wuihh...naek motor aja capek apalagi jalan.
Ia berjalan sambil membawa uang 2 juta yang tidak bulat 2 juta tapi dalam bentuk receh. LUAR BIASANYA, si bapak membagikan uang 2 juta pinjaminnya itu ke orang yang membutuhkan yang ia temui di sepanjang perjalanan. Mungkin orang2 mengira ini tindakan bodoh, tapi menurut si bapak ini yang sebaiknya ia lakukan karna ia yakin uang 2 juta gak mungkin bisa menutupi biaya istrinya. jadi, ia memutuskan menyedekahkan semua dan menyisakan hanya 10 ribu. Ia sampai di RSCM tepat adzan ashar, di mana ia harus menebus anaknya.
      Setelah shalat berjamaah ashar, ia berdoa sambil nangis tersedu-sedu. Ia adukan semua maslahnya sama ALLAH. Ia berkata, "Ya ALLAH, sore ini saya harus menebus anak saya, tapi saya gak punya uang. Ya ALLAH tolonglah hambamu ini." Seusai berdoa dan ia masih menangis, tiba-tiba ada seorang ibu yang menepok dirinya dan berkata, "bapak kenapa menangis?" Lalu si bapak menjawab, "Saya tidak punya uang untuk menebus anak saya yang baru lahir". Si ibu menjawab, "Akhirnya saya ketemu juga! dari pagi saya cari orang yang lagi susah. Sekarang ini saya bawa uang di plastik untuk menebus biaya anak bapak." Si bapak langsung nangis sesegukkan dan kaget luar biasa sampai-sampai ia tidak sempat mengucapkan terima kasih kepada ibu tersebut. SI bapak langsung mencari ibu itu dan ternyata ibu itu sudah tidak ada seperti hilang tiba2. Ia langsung menuju resepsionis, dan ternyata ia lupa membawa plastik yang berisi uang tersebut! Ia langsung lari ke mesjid dan alhamdulillah plastik dan uangnya masih ada. Ia genggam erat plastik tersebut seperti ia menggenggam erat nyawa anaknya.
       Sesampainya di resepsionis, si bapak berkata "Mbak, ini saya punya uang seplastik dan hanya uang ini yg saya miliki untuk menebus anak saya, tolong dihitung." Setelah sodara, tahukah kalian? uangnya bener-bener PAS 27 JUTA untuk menebus anaknya. MASYA ALLAH. Ini bener-bener pertolongan ALLAH.


Ini adlah kisah nyata. Dan ternyata pertolongan dari ALLAH gak hanya dari manusia saja, tetapi bisa langsung dari malaikat yang berubah menurut yang ALLAH inginkan. SI Ibu tadi kemungkinan besar adalah malaikat yang diutus ALLAH. Hal itu terlihat dari 1. Masa di RSCM sulit ditemukan orang susah? apalagi si ibu bilang dia nyari dari pagi. 2. duitmya pas banget dengan biaya anaknya.

Pertolongan ALLAh melalui malaikatnya terekam dalam surat AL-FATH, subhanallah saya sampai terharu melihat terjemahannya.
Andai saudara divonis kanter stadium 4 or sejenisnya, jangan menyerah. karna masih ADA ALLAH sebagai PENENTU hidup makhluk-NYA. ^.^

Tonton terus WISATA HATI jam 5 pagi di ANTV dari senin hingga Jumat.

Wisata Hati on Wednesday "Dha'ful iman (hati yg TIPIS)"

Kebanyakan dari manusia tipis, sangat tipis imannya. Ketika ada masalah, kita mengeluh dan terus mengeluh serta berkata "Kenapa harus begini begitu ya ALLAH ?" Padahal ada sesuatu yg mau dikasih sama ALLAH. Jarang manusia melihat dari prosesnya sehingga manusia tak banyak bersyukur. Pengennya manusia tuh ngelihat kepentingannya doang, sementara kepentingan ALLAH gak ditanggepin. Contonhya ketika bangun tidur, masih banyak yg lupa ALLAH. subuh telat, trus gak ngucap doa bangun tidur. Padahal sungguh nikmat luar biasa seseorang bisa tidur terlelap, bisa ditanyain sama orang yg tersiksa karna gak bs tidur *Masya ALLAH

Ada kisah seorang sahabat (sahabat UYM), seorang sahabat ini di-PHK 2 minggu sebelum istrinya melahirkan. Dia shock tapi dia tetep bersyukur karna alhamdulillah dapet pesangon 2 jt. Kalau dilihat di atas kertas, bisalah nutupin baya persalinan di bidan yang hanya 400 rb. Tak lama ketika istrinya mengecek kandungannya di bidan, bidan merujuk kepada istrinya agar ke RSCM karna kandungannya ada maslah. Mereka pun bergegas ke RSCM. Sesampainya di RSCM, dokter mendiagnosa ternyata istrinya harus disesar, ditambah lagi anakanya jantungnya bocor, ditambah lagi kanker otak, dan satu kalimat yg menambah penderitaan si suami adalah umur anaknya hanya 18 hari. Tamparan PHK yang ia terima ditambah dengan diagnosa dokter ini membuat ia luar biasa shocknya. Namun, si suami istri ini tetep yakin ALLAH lah YANG PUNYA PERATURAN TERHADAP SEISI DUNIA INI, jadi MASIH SELALU ADA HARAPAN.
Singkat cerita, anaknya dilahirkan dengan selamat walau beratnya sangat memprihatinkan. 2 hari, 6 hari, 16 hari, sampai 26 hari ternyata anaknya masih hidup. Dokter yang mengetahui kejadian ini pun takjub! Inilah QUWATUL IMAN yang dimiliki oleh si suami dan istri ini. 

Lalu apa yg dilakukan si suami istri ini??
NANTIKAN di episode WISATA HATI esok, Kamis pukul 05.00 di ANTV^^

Selasa, 20 Desember 2011

HATI-HATI DENGAN PORNOGRAFI !

Menurut Bu Elly Risman, M. Psi,
Ada banyak sarana PORNO masuk ke anak kecil hingga remaja:
1. Lewat sms ALAY. Tak sedkit yang memakai sms ALAY dan isinya tak karuan, bukan lagi "i miss u or i love U" melainkan udah "udah lama gak ML"
 
2. GAMES ONLINE/OFFLINE. Ternyata, Games sekarang sangat persis dengan aslinya. Lekuk setiap bagian badan sangat terlihat. Nah, faktanya, ternyata: (1)ada games yang awalnya tembak2an dsb. dan ternyata di akhir levelnya adalah pelacur dengan pelacur jalanan.(2)Ada games yg berjenis role playing, dan naudzubillah, ceritanya adalah tentang bagaimana "memperkosa paling asyik".
 
3. INTERNET. Banyak gambar, foto, dan video sex yg mudah diakses bahkan sama anak kecil sekalipun.
 
4. HP. Sekarang udah canggih ada B*, Andro**, dll. Dengan mudah menerima dan menyimpan gambar, video, dll berbau porno.
 
5. Televisi. Sekilas tidak ada maslah. BUT, kita bisa lihat dari IKLAN, SINETRON, FILM BARAT, FILM yg ada ELANG2an or RAJAWALI, HUMOR, merupakan sarana pembodohan. Bukannya tidak blh, tapi kuantitasnya perlu diperhatikan. Iklan sekarang bukan produk yg dijajakan, tapi aurat wanita. Sinetron mengajarkan kekerasan, sex bebas, perilaku amoral, dll. FILM BARAT yg ada sesi pornonya. FIlm yg elang atau rajawali mengesankan hal yg gaib.
 
6. KOMIK. Sekilas tidak apa2, tapi gambar dan isinya tak sedikit uyg mengundang syahwat.

So, kita harus AWARE sama adik2 ataupun teman2 kita. lalu, APA TUJUAN SI PEMBUAT SARANA PORNO itu:
1. Anak dan Remaja Indonesia meiliki MENTAL MODEL PORNO
2. Kerusakan otak permanen-->yg hasil akhirnya adalah INCEST!!
3.Sasaran utamanya adalah ANAK yg BELUM BALIGH. Jika sudah ejakulasi 33-36 kali maka pasti jadi pecandu pornografi dan akhirnya PASAR MASA DEPAN!!

Semoga dengan sadarnya minimal dari diri kita sndiri dan berusaha menasehati teman kita, generasi anak Indonesia tidak bermental porno.

Selasa, 06 Desember 2011

AWAS! ANDA DIPENJARA WAKTU!

      Beuh mantap nich *alay banget* episode WISATA HATI hari ini! Judulnya "AWAS! ANDA DIPENJARA WAKTU!". Ketika gue denger judul nih mata langsung fokus sama layar kaca yang sudah dibayar lunas sama emak gue selebar 0,57675 m *gak penting banget. Seperti biasa, Ustadz favourite saya,,,,eng ing eng.*bunyi terompet* Ustadz Yusuf Mansur yang mengisi acara ini. Ada hal-hal yang ngena banget di hati gue yang berwarna merah *sotoy. 
         Udah taulah semuanya, kalau waktu itu adalah suatu hal yang tek pernah bisa berulang dan terus berputar, baik kita kehendaki maupun tidak kita kehendaki. Hmm...ada suatu realita yang sangat miris yang nampak di zaman sekarang mengenai pemanfaatan waktu oleh banyak manusia dengan segudang aktivitasnya dan melupakan Sang Khalik, Allah SWT. Astagfirullah..*ngelus perut

- Pas maghrib, pasti donk kita sering mendengar sahut-sahutan adzan di berbagai mesjid, "Allahu Akbar, Allahu Akbar...". *kecuali kalau ada yang tinggal di tengah hutan. Adzan kan maksudnya memanggil orang islam terutama yang cowo tuh, eh tau gak sih, sering gue temui orang masih bersantai di depan TV. *kayak ibu gue lagi nonton sinetron, hehe tapi beliau udah berubah kok.
Yah, jadi banyak yang nunggu iklan dulu baru wudhu. Trus kalau iklannya udah selesai, langsung buru-buru deh nongkrong di depan TV. *lupa sekejap niatnya untuk ke masjid. Apalagi kalau ada SIARAN LANGSUNG BOLA INDONESIA VS FULAN kayak beberapa hari yang lalu. Alhasil marbot masjid deket rumah gue nyaris punya 3 profesi sekaligus *wuihhh...keren kan padahal nyari 1 kerjaan aja susahnya minta ampyun. Yak bener! Si marbot berprofesi muadzin, Imam, dan makmum. *three in one kayak kopi seduh

- Pas maghrib juga, gue sering melihat tak jarang orang sedang merokok di depan rumahnya selepas kerja, ada juga orang yang sedang ngobrol asyik di depan kantor. 

-Waktu subuh. Gue sering bangun jam 3 *beuhh..pasti pada ngira gue mau tahajud, hehe. Gak juga, kadang gue terbangun jam segitu pengen mengeluarkan sesuatu yang harus dikeluarkan.*U know lah.
hehe sampah maksudnya. Tapi bukan sampah masyarakat.
Nah pas gue keluar rumah, sering tuh gue denger 'gerudak-geruduk' pertanda udah pada bangun para tetangga. *Gue duga nih pada mau siap-siap sholat subuh. Eh tau gak pemirsa ?*serasa siaran  tau-taunya ngejar kereta. *mana bisa dikejar tuh kereta -______-a
Yup, begitulah realitanya. Banyak yang bangun pagi bagetttt, sayangnya bukan bermaksud untuk tahajud atau sholat subuh jamaah di mesjid melainkan ngerjain tugas kantor yang seabrek dan siap-siap menghindari macet.
Pernah ada yang bilang ke Ust. yusuf, "Ustadz, kerja kan ibadah.." Trus dijawab sama ustadz, "Iye sepakat cakep kerja ibadah. Tapi inget ibadah wajibnya dong!" *dengan logat betawi yang khas

-Nah Ashar nich. Waktu yang paling bisa bersantai dan berleha-leha adalah waktu ashar. Beberapa ada yang lagi dalam perjalanan kerja, nyantai sambil tidur suri*maksudnya tidur tapi gak tidur, nah lho?!
trus ada yang lagi nonton di BIOSKOP *hayo ketauan :P,  ada lagi yang sibuk dengan kerjaannya di kantor. Astaghfirullah..*ngelus jidat


-Gak sedikit orang yang lupa mandi gara-gara sibuk dengan kerjaan, proyeknya, dan lain-lain. Yang parahnya lagi nih, ada seorang suami pekerja kantoran yang ampe lupa sama istri dan anaknya. Yang dipikirin uang..karir...kerjaan..rapat. Ampe-ampe seolah-olah ini suami hanya sebagai alat pencetak anak saja. Naudzubillah.
Makanya gak aneh banyak perselingkuhan karena suami dan istri masing-masing sibuk berkarir. Nah, tuh anaknya kumaha? Ya gitu jadi brandalan. Tapi ada juga c yang sholeh kayak gu.............NAWAN *pasti pada seneng karna bukan gue

Melihat realitas*berarti jamak  di atas, kita dapat simpulkan kalau yang namanya waktu tuh PENTING BUANGET. Nah, kita perlu menghayati banget nih suatu surat dalam Al-Qur'an yang pas waktu SD kita pasti seneng banget bacanya^^*karna pertanda pulang


وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 3)


Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Bener deh, kita rugi banget. Mau ada yang punya banyak cabang perusahaan kek, tetep aja rugi. Di akherat bakal masih beratan sayap lalat. Ya mau gimana mau sukses di akherat kalau kita lupa siapa yang ngasih ntu rizki! 

Sekarang kita mulai memuliakan waktu dengan cara:
jam 3 bangun tahajud
jam 4 subuh jamaah di masjid
jam 4.30 kerja
jam 9.00 duha
jam 12 dzuhur jamaah
jam 15 ashar jamaah
jam 17.45 siap maghrib jamaah
jam 19.00 isya jamaah
jam 19.30 ngerjain tugas kantor or kuliah
dst.

KEREN tuh d^^b. Ayo kita sertakan Allah dalam semua kegiatan kita!

_inspired by Ustadz Yusuf Mansur on Wisata Hati ANTV at 05.00 am_

 



Minggu, 04 Desember 2011

Kisah Sahabat: AMR BIN JAMUH

AMR BIN JAMUH
"Dengan cacat pincangku ini, aku bertekad merebut surga...!"

Ia adalah ipar dari Abdullah bin Amr bin Haram, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun binti Amar; Ibnul Jamuh merupakan salah seorang tokoh penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin Bani Salamah...

Ia didahului masuk Islam oleh putranya Mu'adz bin Amr yang termasuk kelompok 70 peserta bai'at 'Aqabah. Bersama shahabatnya Mu'adz bin Jabal, Mu'adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di kalangan penduduk Madinah dengan keberanian luar biasa sebagai layaknya pemuda Mu'min yang gagah perwira...

Telah menjadi kebiasaan bagi golongan bangsawan di Madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan umum yang dikunjungi oleh orang banyak. Maka sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang dinamakan Manaf.

Putranya, Mu'adz bin Amr bersama temannya Mu'adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka menyelinap ke dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangnya ke dalam lubang yang biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.

Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya ditemukannya di tempat pembuangan hajat. Bukan main marahnya Amr, lalu bentaknya: "Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita malam tadi...?" Kemudian dicuci dan dibersihkannya berhala itu dan dibelinya wangi-wangian.

Malam berikutnya, berdua Mu'adz bin Amr dan Mu'adz bin Jabal memperlakukan berhala itu seperti pada malam sebelumnya. Demikianlah pula pada malam-malam selanjutnya. Dan akhirnya setelah merasa bosan, Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata: ''Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu ... !''


Pagi-pagi keesokan harinya Amr tidak menemukan berhalanya di tempat biasa... tetapi ditemukannya di tempat pembuangan hajat, dan tidak sendirian, berhala itu terikat bersama bangkai seekar aniing dengan tali yang kuat. Selagi ia dalam keheranan, kekecewaan serta amarah, tiba-tiba datangtah ke tempatnya itu beberapa orang hangsawan Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk kepada berhala yang tergeletak tidak berdaya dan terikat pada bangkai anjing itu, mereka mengajak akal budi dan hati nurani Amr bin Jamuh untuk berdialog serta membeberkan kepadanya perihal Tuhan yang sesungguhnya, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitupun tentang Muhammad saw, orang yang jujur dan terpercaya, yang muncul di arena kehidupan ini untuk memberi bukan untuk menerima, untuk memberi petunjuk dan bukan untuk menyesatkan. Dan mengenai Agama Islam yang datang untuk membebaskan manusia dari belenggu segala macam belenggu dan menghidupkan pada mereka ruh Allah serta menerangi dalam hati mereka dengan cahaya-Nya.


Maka dalam beberapa saat, Amr telah menemukan diri dan harapannya... Beberapa saat kemudian ia pergi, dibersihkahnya pakaian dan badannya lalu memakai minyak wangi dan merapikan diri, kemudian dengan kening tegak dan jiwa bersinar ia pergi untuk bai'at kepada Nabi teiakhir, dan menempati kedudukannya di barisan orang-orang beriman.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa orang-orang seperti Amr ibnul Jamuh, yang merupakan pemimpin dan bangsawan di kalangan suku bangsanya, kenapa mereka sampai mempercayai berhala-berhala itu sedemikian rupa? Kenapa akal fikiran mereka tak dapat menghindarkan diri dari kekebalan dan ketololan itu? Dan kenapa sekarang ini, setelah mereka menganut Islam dan memberikan pengurbanan, kita menganggap mereka sebagai orang-orang besar?


Di masa sekarang ini, pertanyaan seperti itu mudah saja timbul, karena bagi anak kecil sekalipun tak masuk dalam akalnya akan mendirikan di rumahnya barang yang terbuat dari kayu lalu disembahnya, walaupun masih ada para ilmuwan yang menyembah patung.
Tetapi di zaman yang silam, kecenderungan-kecenderungan manusia terbuka luas untuk menerima perbuatan-perbuatan aneh seperti itu di mana kecerdasan dan daya fikir mereka tiada berdaya menghadapi arus tradisi kuno tersebut.


Sebagai contoh dapat kita kemukakan di sini, Athena. Yakni Athena di masa Perikles, Pythagoras dan Socrates! Athena yang telah mencapai tingkat berfikir yang menakjubkan, tetapi seluruh penduduknya, baik para filosof, tokoh-tokoh pemerintahan sampai kepada rakyat biasa, mempercayai patung-patung yang dipahat, dan memujanya sampai taraf yang amat hina dan memalukan! Sebabnya ialah karena rasa keagamaan di masa-masa yang telah jauh berselang itu tidak mencapai garis yang sejajar dengan ketinggian alam fikiran mereka.


Amr ibnul Jamuh telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah Rabbul-Alamin. Dan walaupun dari semula ia telah berbai'at pemurah dan dermawan, tetapi Islam telah melipatgandakan kedermawanannya ini, hingga seluruh harta kakayaannya diserahkannya untuk Agama dan kawan-kawan seperjuangannya.


Pernah Rasulullah saw menanyakan kepada segolongan Bani Salamah yaitu suku Amr ibnul Jamuh, katanya: "Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, hai Bani Salamah?" Ujar mereka: "Al-Jaddu bin Qeis, hanya sayang ia kikir...". Maka sabda Rasulullah pula: "Apa lagi penyakit yang lebih parah dari kikir! Kalau begitu pemimpin kalian ialah si Putih Keriting, Amr ibnul Jamuh...!'' Demikianlah kesaksian dari Rasulullah saw ini merupakan penghormatan besar bagi Amr! Dan mengenai ini seorang penyair Anshar pernah berpantun:


"Amr ibnul Jamuh membiarkan kedermawanannya merajalela, dan memang wajar, bila ia dibiarkan berkuasa, jika datang permintaan, dilepasnya kendali hartanya, silakan ambil, ujarnya, karena esok ia akan kembali, berlipat ganda!"
Dan sebagaimana ia dermawan membaktikan hartanya di jalan Allah, maka Amr ibnul Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan kurang dalam menyerahkan jiwa raganya! Tetapi betapa caranya? Kakinya yang pincang menjadi penghadang badannya untuk ikut dalam peperangan. Ia mempunyai empat orang putra, semuanya beragama islam dan semuanya satria bagaikan singa, dan ikut bersama Nabi saw dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan tugas perjuangan.


Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar, tetapi putra-putranya memohon kepada Nabi agar ia mengurungkan maksudnya dengan kesadaran sendiri, atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi.
Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidakmampuan disebabkan cacad kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diizinkan, hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.


Kemudian datanglah Masanya perang Uhud. Amr lalu pergi menemui Nabi saw, memohon kepadanya agar diizinkan turut, katanya: "Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga!''
Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya izin untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Dan dengan suara beriba-iba ia memohon kepada Allah: "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!"


Dan kedua pasukan pun bertemulah di hari uhud itu. Amr ibnul Jamuh bersama keempat putranya maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik.


Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk-pikuk itu Amr melompat dan bersijingkat, dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah mengharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan mengawalnya masuk surga.
Memang, ia telah memohon kepada Tuhannya agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah swt pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali akan berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia.


Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat, memaklumkan datangnya saat keberangkatan, yakni keberangkatan seorang syahid yang mulia, menuju surga jannatul khuldi, surga Firdausi yang abadi!
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan para syuhada mereka, Rasulullah saw mengeluarkan perintah:
"Perhatikan, tanamkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr ibnul Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan saling menyayangi!"


Kedua shahabat yang saling menyayangi dan telah menemui syahid itu dikuburkan dalam sebuah makam, yakni dalam pangkuan tanah yang menyambut jasad mereka yang suci setelah menyaksikan kepahlawanan mereka yang luar biasa.
Dan setelah waktu berlalu selama 46 tahun di pemakaman dan penyatuan mereka, datanglah banjir besar yang melanda dan menggenangi tanah pekuburan disebabkan digalinya sebuah mata air yang dialirkan Muswiyah melalui tempat itu. Kaum Muslimin pun segera memindahkan kerangka para syuhada.


Kiranya mereka sebagai dilukiskan oleh orang-orang yang ikut memindahkan mereka: "Jasad mereka menjadi lembut, dan ujung-ujung anggota tuhuh mereka jadi melengkung!"
Ketika itu Jabir bin Abdullah masih hidup. Maka bersama keluarganya ia pergi memindahkan kerangka bapaknya Abdullah bin Amr bin Haram serta kerangka bapak kecilnya Amr ibnul Jamuh... Kiranya mereka dapati kedua mereka dalam kubur seolah-olah sedang tidur nyenyak. Tak sedikit pun tubuh mereka dimakan tanah, dan dari kedua bibir masing-masing belum hilang senyuman manis alamat ridha dan bangga yang telah terlukis semenjak mereka dipanggil untuk menemui Allah dulu.


Apakah kita merasa heran? Tidak, janganlah merasa heran! Karena jiwa-jiwa besar yang suci lagi bertaqwa, yang mampu mengendalikan arah tujuan hidupnya, membuat tubuh-tubuh kasar yang menjadi tempat kediamannya, memiliki semacam ketahanan yang dapat menangkis sebab-sebab kelapukan dan mengatasi bencana-bencana tanah.


SUMBER: Buku 60 SIRAH SAHABAT karangan KHALID MUHAMMAD WALID

Kisah Sahabat: ABU MUSA AL-ASY’ARI

ABU MUSA AL-ASY’ARI
“Yang Penting Ikhlas! Apa pun yang Terjadi setelah Itu, Terjadilah”
 
Tatkala Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab mengirimnya ke Bashrah untuk menjadi panglima dan gubernur, dikumpulkannyalah penduduk lain berpidato di hadapan mereka, katanya:
“Sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar telah mengirimku kepada kamu sekalian, agar aku mengajarkan kepada kalian kitab Tuhan kalian dan Sunnah Nabi kafian, serta membersihkan jalan hidup kalian… !”

Orang-orang sama heran dan bertanya-tanya… ! Mereka mengerti apa yang dimaksud dengan mendidik dan mengajari mereka tentang Agama, yang memang menjadi kewajiban gubernur dan panglima. Tetapi sejak kapan membersihkan jalan juga menjadi tanggung jawab seorang gubernur” Bagi mereka, ini hal baru yang mengundang keheranan, takjib, dan tanda tanya.
Maka siapakah kiranya gubernur ini, yang mengenai dirinya Hasan Basri r.a. pernah berkata: — ‘Tak seorang pengendarapun yang datang ke Basrah yang lebih berjasa kepada penduduknya selain dia … !”

Ia adalah Abdullah bin Qeis dengan gelar Abu Musa al-Asy’ari. Ia meninggalkan negeri dan kampung halamannya Yaman menuju Mekah·, segera setelah mendengar munculnya seorang Rasul di sana yang menyerukan tauhid, dan menyeru beribadah kepada Allah berdasarkan penalaran dan pengertian, serta menyuruh berakhlaq mulia.
Di Mekah dihabiskan waktunya untuk duduk di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menerima petunjuk dan keimanan daripadanya. Lalu pulanglah ia ke negerinya membawa kalimat Allah, baru kembali lagi kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam tidak lama setelah selesainya pembebasan Khaibar….

Kebetulan kedatangannya ini bersamaan dengan tibanya Ja’far bin Abi Thalib bersama rombongannya dari Habsyi, hingga semua mereka mendapat bagian saham dari hasil pertempuran Khaibar.
Kali ini, Abu Musa tidaklah datang seorang diri, tetapi membawa lebih dari lima puluh orang laki-laki penduduk Yaman yang telah diajarinya tentang Agama Islam, serta dua orang saudara kandungnya yang bernama Abu Ruhum dan Abu Burdah.
Rombongan ini, bahkan seluruh kaum mereka dinamakan Rasulullah golongan Asy’ari, serta dilukiskannya bahwa mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya di antara sesamanya. Dan sering mereka diambilnya sebagai tamsil perbandingan bagi para shahabatnya, sabda beliau: — “Orang-orang Asy’ari ini bila mereka kekurangan makanan dalam peperangan atau ditimpa paceklik, maka mereka kumpulkan semua makanan yang mereka miliki pada selembar kain, lalu mereka bagi rata ….
Maka mereka termasuk golonganku, dan aku termasuk golongan mereka… !”
Mulai saat itu, Abu Musa pun menempati kedudukannya yang tinggi dan tetap di kalangan Kaum Muslimin dan Mu’minin yang ditakdirkan beroleh nasib mujur menjadi shahabat Rasulullah dan muridnya, dan yang menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia, pada setiap masa zaman.

Abu Musa merupakan gabungan yang istimewa dari sifat-sifat utama! Ia adalah prajurit yang gagah berani dan pejuang yang tangguh bila berada di medan perang… ! Tetapi ia juga seorang pahlawan perdamaian, peramah dan tenang, keramahan dan ketenangannya mencapai batas maksimal … ! Seorang ahli hukum yang cerdas dan berfikiran sehat, yang mempu mengerahkan perhatian kepada kunei dan pokok persoalan, serta mencapai hasil gemilang dalam berfatwa dan mengambil keputusan, sampai ada yang mengatakan: “Qadli atau hakim ummat ini ada empat orang, yaitu Umar, Ali, Abu Musa dan Zaid bin Tsabit ….”.
Di samping itu ia berkepribadian suci hingga orang yang menipunya di jalan Allah, pasti akan tertipu sendiri, tak ubahnya seperti senjata makan tuan … ! Abu Musa sangat bertanggung jawab terhadap tugasnya dan besar perhatiannya terhadap sesama manusia. Dan andainya kita ingin memilih suatu semboyan dari kenyataan hidupnya, maka semboyan itu akan berbunyi: — “Yang penting ialah ikhlas, kemudian biarlah terjadi apa yang akan terjadi… !”

Dalam arena perjuangan al-Sy’ari memikul tanggung jawab dengan penuh keberanian, hingga menyebabkan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam berkata mengenai dirinya: — “Pemimpin dari orang-orang berkuda ialah Abu Musa ” Dan sebagai pejuang, Abu Musa melukiskan gambaran hidupnya sebagai berikut: “Kami pernah pergi menghadapi suatu peperangan bersama Rasulullah, hingga sepatu kami pecah berlobang-lobang, tidak ketinggalan sepatuku, bahkan kuku jariku habis terkelupas, sampai-sampai kami terpaksa membalut telapak kaki kami dengan sobekan kain… !”

Keramahan, kedamaian dan ketenangannya, jangan harap menguntungkan pihak musuh dalam sesuatu peperangan Karena dalam suasana seperti ini, ia akan meninjau sesuatu dengan sejelas-jelasnya, dan akan menyelesaikannya dengan tekad yang tak kenal menyerah.
Pernah terjadi ketika Kaum Muslimin membebaskan negeri Persi, Al-Asy’ari dengan tentaranya menduduki kota Isfahan.
Penduduknya minta berdamai dengan perjanjian bahwa mereka akan membayar upeti. Tetapi dalam perjanjian itu mereka tidak jujur, tujuan mereka hanyalah untuk mengulur waktu untuk mempersiapkan diri dan akan memukul Kaum Muslimin secara curang… !
Hanya kearifan Abu Musa yang tak pernah lenyap di saat-saat yang diperlukan, mencium kebusukan niat yang mereka sembunyikan …. Maka tatkala mereka bermaksud hendak melancarkan pukulan mereka itu, Abu Musa tidaklah terkejut, bahkan telah lebih dulu siap untuk melayani dan menghadapi mereka. Terjadiiah pertempuran, dan belum lagi sampai tengah hari, Abu Musa telah beroleh kemenangan yang gemilang…. !

Dalam medan tempur melawan imperium Persi, Abu Musa al-Asy’ari mempunyai saham dan jasa besar. Bahkan dalam pertempuran di Tustar, yang dijadikan oleh Hurmuzan sebagai benteng pertahanan terakhir dan tempat ia bersama tentaranya mengundurkan diri, Abu Musa menjadi pahlawan dan bintang lapangannya … ! Pada saat itu Amirul Mu’minin Umar ibnul Khatthab mengirimkan sejumlah tentara yang tidak sedikit, yang dipimpin oleh ‘Ammar bin Yasir, Barra’ bin Malik, Anas bin Malik, Majzaah al-Bakri dan Salamah bin Raja’.
Dan kedua tentara itu pun, yakni tentara Islam di bawah pimpinan Abu Musa, dan tentara Persi di bawah pimpinan Hurmuzan, bertemulah dalam suatu pertempuran dahsyat.
Tentara Persi menarik diri ke dalam kota Tustar yang mereka perkuat menjadi benteng. Kota itu dikepung oleh Kaum Muslimin berhari-hari lamanya, hingga akhirnya Abu Musa mempergunakan akal muslihatnya ….
Dikirimnya beberapa orang menyamar sebagai pedagang Persi membawa dua ratus ekor kuda disertai beberapa prajurit perintis menyamar sebagai pengembala.
Pintu gerbang kota pun dibuka untuk mempersilakan para pedagang masuk. Secepat pintu benteng itu dibuka, prajurit-prajurit pun berloncatan menerkam para penjaga dan pertempuran kecil pun terjadi.
Abu Musa beserta pasukannya tidak membuang waktu lagi menyerbu memasuki kota, pertempuran dahsyat terjadi, tapi tak berapa lama seluruh kota diduduki dan panglima beserta seluruh pasukannya menyerah kalah, Panglima musuh beserta para komandan pasukan oleh Abu Musa dikirim ke Madinah, menyerahkan nasib mereka pada Amirul Mu’minin.
Tetapi baru saja prajurit yang kaya dengan pengalaman dan dahsyat ini meninggalkan medan, ia pun telah beralih rupa menjadi seorang hamba yang rajin bertaubat, sering menangis dan amat jinak bagaikan burung merpati…Ia membaca al-Quran dengan suara yang menggetarkan tail hati para pendengarnya, hingga mengenai ini Rasulullah pernah bersabda: -
‘Sungguh, Abu Musa telah diberi Allah seruling dari seruling-seruling keluarga Daud…!”
Dan setiap Umar radhiallahu anhu melihatnya, dipanggiinya dan disuruhnya untuk membacakan Kitabullah: -
“Bangkitlah kerinduan kami kepada Tuhan kami, wahai Abu Musa… !”
Begitu pula dalam peperangan, ia tidak ikut serta, kecuali Sika melawan tentara musyrik, yakni tentara yang menentang Agama dan bermaksud hendak memadamkan nur atau cahaya Ilahi…Adapun peperangan antara sesama Muslim, maka ia menyingkirkan diri dan tak hendak terlibat di dalamnya.
Pendiriannya ini jelas terlihat dalam perselisihan antara Ali dan Mu’awiyah, dan pada peperangan yang apinya berkobar ketika itu antara sesama Muslim.

Dan mungkin pokok pembicaraan kita sekarang ini akan dapat mengungkapkan prinsip hidupnya yang paling terkenal yaitu pendiriannya dalam tahkim, pengadilan atau penyelesaian sengketa antara Ali dan Mu’awiyah.
Pendiriannya ini sering dikemukakan sebagai saksi dan bukti atas kebaikan hatinya Yang berlebihan, hingga menjadi makanan empuk bagi Orang yang menipudayakannya. Tetapi sebagaimana akan kita lihat kelak, pendirian ini walaupun mungkin agak tergesa-gesa dan terdapat padanya kecerobohan, hanyalah mengungkapkan kebesaran shahabat yang mulia ini, baik kebesaran jiwa dan kebesaran keimanannya kepada yang haq serta kepercayaannya terhadap sesama kawan ….
Pendapat Abu Musa mengenai soal tahkim ini dapat kita Simpulkan sebagai berikut: — memperhatikan adanya peperangan sesama Kaum Muslimin, dan adanya gejala masing-masing mempertahankan pemimpin dan kepala pemerintahannya, suasana antara kedua belah pihak sudah melantur sedemikian jauh serta teramat gawat menyebabkan nasib seluruh ummat Islam telah berada di tepi jurang yang amat dalam, maka menurut Abu Musa, suasana ini baru diubah dan dirombak dari bermula secara keseluruhan… !
Sesungguhnya perang saudara yang terjadi ketika itu, hanya berkisar pada pribadi kepala negara atau khalifah yang diperebutkan oleh dua golongan Kaum Muslimin. Maka pemecahannya ialah hendaklah Imam Ali meletakkan jabatannya nntuk sementara waktu, begitu pula Mu’awiyah baru turun, kemudian urusan diserahkan lagi dari bermula kepada Kaum Muslimin yang dengan jalan musyawarat akan memilih khalifah yang mereka kehendaki.

Demikianlah analisa Abu Musa ini mengenai kasus tersebut, dan demikian pula cara pemecahannya … ! Benar bahwa Ali radhiallahu anhu telah diangkat menjadi khalifah secara sah. Dan benar pula bahwa pembangkangan yang tidak beralasan, tidak dapat dibiarkan mencapai maksudnya untuk menggugurkan yang haq yang diakui syari’at … ! Hanya menurut Abu Musa, pertikaian sekarang ini telah menjadi pertikaian antara penduduk Irak dan penduduk Syria, yang memerlukan pemikiran dan pemecahan dengan cara baru ,karena pengkhianatan Mu’awiyah sekarang ini telah menjadi pembangkangan penduduk Syria, sehingga semua pertikaian itu tidaklah hanya pertikaian dalam pendapat dan pilihan saja.
Tetapi kesemuanya itu telah berlarut-larut menjadi perang saudara dahsyat yang telah meminta ribuan korban dari kedua belah pihak, dan masih mengancam Islam dan Kaum Muslimin dengan akibat yang lebih parah!
Maka melenyapkan sebab-sebab pertikaian dan peperangan serta menghindarkan benih-benih dan biang keladinya, bagi Abu Musa merupakan titik tolak untuk mencapai penyelesaian … !

Pada mulanya, sesudah menerima rencana tahkim, Imam Ali bermaksud akan mengangkat Abdullah bin Abbas atau shahabat lainnya sebagai wakil dari pihaknya. Tetapi golongan besar yang berpengaruh dari shahabat dan tentaranya memaksanya untuk memilih Abu Musa al-Asy’ari.
Alasan mereka karena Abu Musa tidak sedikit pun ikut campur dalam pertikaian antara Ali dan Mu’awiyah sejak semula. Bahkan setelah ia putus asa membawa kedua belah pihak kepada saling pengertian, kepada perdamaian dan menghentikan peperangan, ia menjauhkan diri dari pihak-pihak yang bersengketa itu. Maka ditinjau dari segi ini, ia adalah orang yang paling tepat untuk melaksanakan tahkim.
Mengenai keimanan Abu Musa, begitupun tentang kejujuran dan ketulusannya, tak sedikit pun diragukan oleh Imam Ali.
Hanya ia tahu betul maksud-maksud tertentu pihak lain dan pengandalan mereka kepada anggar lidah dan tipu muslihat.
Sedang Abu Musa, walaupun ia seorang yang ahli dan berilmu, tidak menyukai siasat anggar lidah dan tipu muslihat ini, serta ia ingin memperlakukan orang dengan kejujurannya dan bukan dengan kepintarannya. Karena itu Imam Ali khawatir Abu Musa akan tertipu oleh orang-orang itu, dan tahkim hanya akan beralih rupa menjadi anggar lidah dari sebelah pihak yang akan tambah merusak keadaan … !
Dan tahkim antara kedua belah pihak itu pun mulailah …. Abu Musa bertindak sebagai wakil dari pihak Imam Ali sedang Amr bin ‘Ash sebagai wakil dari pihak Mu’awiyah. Dan sesungguhnya ‘Amr bin ‘Ash mengandalkan ketajaman otak dan kelihaiannya yang luar biasa untuk memenangkan pihak Mu’awiyah.
Pertemuan antara kedua orang wakil itu, yakni Asy’ari dan ‘Amr, didahului dengan diajukannya suatu usul yang dilontarkan oleh Abu Musa, yang maksudnya agar kedua hakim menyetujui dicalonkannya, bahkan dimaklumkannya Abdullah bin Umar sebagai khalifah Kaum Muslimin, karena tidak seorang pun di antara umumnya Kaum Muslimin yang tidak mencintai, menghormati dan memuliakannya.
Mendengar arah pembicaraan Abu Musa ini,’Amr bin ‘Ash pun meiihat suatu kesempatan emas yang tak akan dibiarkannya berlalu begitu saja. Dan maksud usul dari Abu Musa ialah bahwa ia sudah tidak terikat lagi dengan pihak yang diwakilinya, yakni Imam Ali. Artinya pula bahwa ia bersedia menyerahkan khalifah kepada pihak lain dari kalangan shahabat-shahabat Rasul, dengan alasan bahwa ia telah mengusulkan Abdullah bin Umar ….
Demikianlah dengan kelicinannya, ‘Amr menemukan pintu yang lebar untuk mencapai tujuannya, hingga ia tetap mengusulkan Mu’awiyah. Kemudian diusulkannya pula puteranya sendiri Abdullah bin ‘Amr yang memang mempunyai kedudukan tinggi di kalangan para shahabat Rasulullah saw.

Kecerdikan ‘Amr ini, terbaca oleh keahlian Abu Musa. Karena demi dilihatnya’Amr mengambil prinsip pencalonan itu sebagai dasar bagi perundingan dan tahkim, ia pun memutar kendali ke arab yang lebih aman. Secara tak terduga dinyatakannya kepada ‘Amr bahwa pemilihan khalifah itu adalah haq seluruh Kaum Muslimin, sedang Allah telah menetapkan bahwa segala urusan mereka hendaklah diperundingkan di antara mereka. Maka hendaklah soal pemilihan itu diserahkan hanya kepada mereka bersama.
Dan akan kita lihat nanti bagaimana ‘Amr menggunakan prinsip yang mulia ini untuk keuntungan pihak Mu’awiyah
Tetapi sebelum itu marilah kita dengar soal jawab yang bersejarah itu yang berlangsung antara Abu Musa dan ‘Amr bin ‘Ash di awal pertemuan mereka, yang kita nukil dari buku “Al-Akhbaruth Thiwal” buah tangan Abu Hanifah ad Dainawari sebagai berikut: — Abu Musa :
+ Hai ‘Amr! Apakah anda menginginkan kemaslahatan ummat dan ridla Allah …? Ujar ‘Amr: -
– Apakah itu ?
+ Kita angkat Abdullah bin Umar. Ia tidak ikut campur sedikit pun dalam peperangan ini.
– Dan anda, bagaimana pandangan anda terhadap Mu’awiyah…?
+ Tak ada tempat Mu’awiyah di sini …, dan tak ada haknya
–Apakah anda tidak mengakui bahwa Utsman dibunuh secara aniaya…?
+ Benar!
–Maka Mu’awiyah adalah wail dan penuntut darahnya, sedang kedudukan atau asal-usulnya di kalangan bangsa Quraisy sebagai telah anda ketahui pula. Jika ada yang mengatakan nanti kenapa ia diangkat untuk jabatan itu, padahal tak ada sangkut pautnya dulu, maka anda dapat memberikan alasan bahwa ia adalah wail darah Utsman, sedang Allah Ta’ala berfirman: “Barang siapa yang dibunuh secara aniaya, make Kami berikan kekuasaan kepada walinya I” Di samping itu ia adalah saudara Ummu Habibah, istri Nabi shallallahu alaihi wasalam juga salah seorang dari shahabatnya.
+ Takutilah Allah hai ‘Amr! Mengenai kemuliaan Mu’awiyah yang kamu katakan itu, seandainya khilafat dapat diperoleh dengan kemuliaan, maka orang yang paling berhaq terhadapnya ialah Abrahah bin Shabah, karena ia adalah keturunan raja-raja Yaman Attababiah yang menguasai bagian timur dan barat bumi. Kemudian, apa artinya kemuliaan Mu’awiyah dibanding dengan Ali bin Abi Thalib …? Adapun katamu bahwa Mu’awiyah wail Utsman, maka lebih utamalah daripadanya putera Utsman sendiri ‘Amr bin Utsman… ! Tetapi seandainya kamu bersedia mengikuti anjuranku, kita hidupkan kembali Sunnah dan kenangan Umar bin Khatthab dengan mengangkat puteranya Abdullah si Kyahi itu…!
–Kalau begitu apa halangannya bila anda mengangkat puteraku Abdullah yang memiliki keutamaan dan keshalehan, begitupun lebih dulu hijrah dan bergaul dengan Nabi?
+ Puteramu memang seorang yang benar! Tetapi kamu telah menyeretnya ke lumpur peperangan ini! Maka baiklah kita serahkan saja kepada orang baik, putra dari orang baik ,yaitu Abdullah bin Umar … !
– Wahai Abu Musa! Urusan ini tidak cocok baginya, karena pekerjaan ini hanya layak bagi laki-laki yang memiliki dua pasang geraham, yang satu untuk makan, sedang lainnya untuk memberi makan … !
+ Keterlaluan engkau wahai ‘Amr! Kaum Muslimin telah menyerahkan penyelesaian masalah ini kepada kita, setelah mereka berpanahan dan bertetakan pedang. Maka janganlah kita jerumuskan mereka itu kepada fitnah …!
– Jadi bagaimana pendapat anda … ?
+ Pendapatku, kita tanggalkan jabatan khalifah itu dari kedua mereka — Ali dan Mu’awiyah — dan kita serahkan kepada permusyawaratan Kaum NIuslimin yang akan memilih siapa yang mereka sukai.
– Ya, saya setuju dengan pendapat ini, karena di sanalah terletak keselamatan jiwa manusia .. !

Percakapan ini merubah sama sekali akan bentuk gambaranyang biasa kita bayangkan mengenai Abu Musa al-Asy’ari, setiap kita teringat akan peristiwa tahkim ini. Ternyata bahwa Abu Musa jauh sekali akan dapat dikatakan lengah atau lalai. Bahkan dalam soal jawab ini kepintarannya lebih menonjol dari kecerdikan ‘Amr bin ‘Ash yang terkenal licin dan lihai itu Maka tatkala ‘Amr hendak memaksa Abu Musa untuk menerima Mu’awiyah sebagai khalifah dengan alasan kebangsawanannya dalam suku Quraisy dan kedudukannya sebagai wall dari Utsman, datanglah jawaban dari Abu Musa, suatu jawaban gemilang dan tajam laksana mata pedang: — Seandainya khilafat itu berdasarkan kebangsawanan, maka Abrahah bin Shabbah seorang keturunan raja-raja, lebih utama dari Mu’awiyah….!
Dan jika berdasarkan sebagai wali dari darah Utsman dan pembela haknya, maka putera Utsman radhiallahu anhu . sendiri lebih utama menjadi wali dari Mu’awiyah …!

Setelah perundingan ini, kasus tahkim berlangsung menempuh jalan sepenuhnya menjadi tanggung jawab ‘Amr bin ‘Ash seorang diri …. Abu Musa telah melaksanakan tugasnya dengan mengembalikan urusan kepada ummat, yang akan memutuskan dan memilih khalifah mereka. Dan ‘Amr telah menyetujui dan mengakui tarikatnya dengan pendapat ini ….
Bagi Abu Musa tidak terpikir bahwa dalam suasana genting yang mengancam Islam dan Kaum Muslimin dengan mala petaka besar ini, ‘Amr masih akan bsrsiasat anggar lidah, bagaimana juga fanatiknya kepada Mu’awiyah … ! Ibnu Abbas telah memperingatkannya ketika ia kembalikepada mereka menyampaikan apa yang telah disetujui, jangan-jangan ‘Amr akan bersilat lidah, katanya: -
“Demi Allah, saya khawatir ‘Amr akan menipu anda! Jika telah tercapai persetujuan mengenai sesuatu antara anda berdua, maka silakanlah dulu ia berbicara, kemudian baru anda di belakangnya…. !”
Tetapi sebagai dikatakan tadi, melihat suasana demikian gawat dan penting, Abu Musa tak menduga ‘Amr akan main-main, hingga ia merasa yakin bahwa ‘Amr akan memenuhi apa yang telah mereka setujui bersama.
Keesokan harinya, kedua mereka pun bertemu mukalah …, Abu Musa mewakili pihak Imam Ali dan ‘Amr bin ‘Ash mewakili pihak Mu’awiyah.
Abu Musa mempersilakan ‘Amr untuk bicara, ia menolak, katanya: -
“Tak mungkin aku akan berbicara lebih dulu dari anda… ! Anda lebih utama daripadaku, lebih dulu hijrah dan lebih tua ‘”
Maka tampillah Abu Musa, lalu menghadap ke arah khalayak dari kedua belah pihak yang sedang duduk menunggu dengan berdebar, seraya katanya: -
“Wahai saudara sekalian! Kami telah meninjau sedalam-dalamnya mengenai hal ini yang akan dapat mengikat tail kasih sayang dan memperbaiki keadaan ummat ini, kami tidak melihat jalan yang lebih tepat daripada menanggalkan jabatan kedua tokoh ini, Ali dan Mu’awiyah, dan menyerahkannya kepada permusyawaratan ummat yang akan memilih siapa yang mereka kehendaki menjadi khalifah…. Dan sekarang, sesungguhnya saya telah menanggalkan Ali dan Mu’awiyah dari jabatan mereka …. Maka hadapilah urusan kalian ini dan angkatlah orang yang kalian sukai untuk menjadi khalifah kalian … !’

Sekarang tiba giliran ‘Amr untuk memaklumkan penurunan Mu’awiyah sebagaimana telah dilakukan Abu Musa terhadap Ail, untuk melaksanakan persetujuan yang telah dilakukannya kemarin.’Amr menaiki mimbar, lain katanya: “Wahai saudara sekalian! Abu Musa telah mengatakan apa yang telah sama kalian dengar, dan ia telah menanggalkan shahabatnya dari jabatannya Ketahuilah, bahwa saya juga telah menanggaIkan shahabatnya itu dari jabatannya sebagaimana dilakukannya, dan saya mengukuhkan shahabatku Mu’awiyah, karena ia adalah wali dari Amirul Mu’minin Utsman dan penuntut darahnya serta manusia yang lebih berhak dengan jabatannya ini … !”
Abu Musa tak tahan menghadapi kejadian yang tidak disangka-sangka itu. Ia mengeluarkan kata-kata sengit dan keras sebagai tamparan kepada ‘Amr. Kemudian ia kembali kepada sikap mengasingkan diri… , diayunnya langkah menuju Mekah . . , di dekat Baitul Haram, menghabiskan usia dan hari-harinya di sana.
Abu Musa radhiallahu anhu . adalah orang kepercayaan dan kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam juga menjadi kepercayaan dan kesayangan para khalifah dan shahabat-shahabatnya . · · ·
Sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam masih hidup, ia diangkatnya bersama Mu’adz bin Jabal sebagai penguasa di Yaman. Dan setelah Rasul wafat, ia kembali ke Madinah untuk memikul tanggung jawabnya dalam jihad besar yang sedang diterjuni oleh tentara Islam terhadap Persi dan Romawi.

Di masa Umar, Amirul Mu’minin mengangkatnya sebagai gubernur di Bashrah, sedang khalifah Utsman mengangkatnya menjadi gubernur di Kufah.
Abu Musa termasuk ahli al-Quran menghafalnya, mendalami dan mengamalkannya. Di antara ucapan-ucapannya yang memberikan bimbingan mengenai al-Quran itu ialah:
“Ikutilah al-Quran … dan jangan kalian berharap akan diikuti oleh al-Quran…!”
Ia juga termasuk ahli ibadah yang tabah. Waktu-waktu siang di musim panas, yang panasnya menyesak nafas, amat dirindukan kedatangannya oleh Abu Musa, dengan tujuan akan shaum padanya, katanya: -
“Semoga rasa haus di panas terik ini akan menjadi pelepas dahaga bagi kita di hari qiamat nanti … !”
Dan pada suatu hari yang lembut, ajal pun datang menyambut …. Wajah menyinarkan cahaya cemerlang, wajah seorang yang mengharapkan rahmat serta pahala Allah ar-Rahman.
Kalimat yang selalu diulang-ulang, dan menjadi buah bibimya, sepanjang hayatnya yang diliputi keimanan itu, diulang dan menjadi buah bibirnya pula di saat ia hendak pergi berlalu ….
Kalimat-kalimat itu ialah: -
“Ya Allah, Engkaulah Maha Penyelamat, dan dari-Mu-lah kumohon Keselamatan’.
 
Sumber: Buku 60 Sirah Sahabat karangan Khalid Muhammad Khald

ISTIQOMAH

Ada yg berkata gni, "Bro, ente sedekah, sholat duha, sholat malem karna ada maunya. Yang ikhlas dung, jgn itung2an."
Si Bro: "Ente jgn Su'udhon sm ane, emg ente tau ane bakal gak ngelakuin itu smw klo hajat ane terkabul?"
Si Cuy: Gak tau sih, tapi ya ente jgn itung2an dung sm Allah. Ibadah ya ibdah ikhlas karna Allah.
Andai sy ada di antara mrk, sy akn bilang gni: "Cuy, ibarat nh ye, kt ketemu sama Pak Presiden scara ekslusif, Sayang kan klo kt g nyampein atau minta ke beliau sesuatu. Nah bgtupun dgn Allah. Syang buanger kt ibdah tapi kagak minta kenikmatan dunia. Tapi.......
Cuy dan Bro: "Tapi apa om?"
Sy: "setelah dpt hajat, ISTIQOMAH." :)