Selasa, 20 Desember 2011

HATI-HATI DENGAN PORNOGRAFI !

Menurut Bu Elly Risman, M. Psi,
Ada banyak sarana PORNO masuk ke anak kecil hingga remaja:
1. Lewat sms ALAY. Tak sedkit yang memakai sms ALAY dan isinya tak karuan, bukan lagi "i miss u or i love U" melainkan udah "udah lama gak ML"
 
2. GAMES ONLINE/OFFLINE. Ternyata, Games sekarang sangat persis dengan aslinya. Lekuk setiap bagian badan sangat terlihat. Nah, faktanya, ternyata: (1)ada games yang awalnya tembak2an dsb. dan ternyata di akhir levelnya adalah pelacur dengan pelacur jalanan.(2)Ada games yg berjenis role playing, dan naudzubillah, ceritanya adalah tentang bagaimana "memperkosa paling asyik".
 
3. INTERNET. Banyak gambar, foto, dan video sex yg mudah diakses bahkan sama anak kecil sekalipun.
 
4. HP. Sekarang udah canggih ada B*, Andro**, dll. Dengan mudah menerima dan menyimpan gambar, video, dll berbau porno.
 
5. Televisi. Sekilas tidak ada maslah. BUT, kita bisa lihat dari IKLAN, SINETRON, FILM BARAT, FILM yg ada ELANG2an or RAJAWALI, HUMOR, merupakan sarana pembodohan. Bukannya tidak blh, tapi kuantitasnya perlu diperhatikan. Iklan sekarang bukan produk yg dijajakan, tapi aurat wanita. Sinetron mengajarkan kekerasan, sex bebas, perilaku amoral, dll. FILM BARAT yg ada sesi pornonya. FIlm yg elang atau rajawali mengesankan hal yg gaib.
 
6. KOMIK. Sekilas tidak apa2, tapi gambar dan isinya tak sedikit uyg mengundang syahwat.

So, kita harus AWARE sama adik2 ataupun teman2 kita. lalu, APA TUJUAN SI PEMBUAT SARANA PORNO itu:
1. Anak dan Remaja Indonesia meiliki MENTAL MODEL PORNO
2. Kerusakan otak permanen-->yg hasil akhirnya adalah INCEST!!
3.Sasaran utamanya adalah ANAK yg BELUM BALIGH. Jika sudah ejakulasi 33-36 kali maka pasti jadi pecandu pornografi dan akhirnya PASAR MASA DEPAN!!

Semoga dengan sadarnya minimal dari diri kita sndiri dan berusaha menasehati teman kita, generasi anak Indonesia tidak bermental porno.

Selasa, 06 Desember 2011

AWAS! ANDA DIPENJARA WAKTU!

      Beuh mantap nich *alay banget* episode WISATA HATI hari ini! Judulnya "AWAS! ANDA DIPENJARA WAKTU!". Ketika gue denger judul nih mata langsung fokus sama layar kaca yang sudah dibayar lunas sama emak gue selebar 0,57675 m *gak penting banget. Seperti biasa, Ustadz favourite saya,,,,eng ing eng.*bunyi terompet* Ustadz Yusuf Mansur yang mengisi acara ini. Ada hal-hal yang ngena banget di hati gue yang berwarna merah *sotoy. 
         Udah taulah semuanya, kalau waktu itu adalah suatu hal yang tek pernah bisa berulang dan terus berputar, baik kita kehendaki maupun tidak kita kehendaki. Hmm...ada suatu realita yang sangat miris yang nampak di zaman sekarang mengenai pemanfaatan waktu oleh banyak manusia dengan segudang aktivitasnya dan melupakan Sang Khalik, Allah SWT. Astagfirullah..*ngelus perut

- Pas maghrib, pasti donk kita sering mendengar sahut-sahutan adzan di berbagai mesjid, "Allahu Akbar, Allahu Akbar...". *kecuali kalau ada yang tinggal di tengah hutan. Adzan kan maksudnya memanggil orang islam terutama yang cowo tuh, eh tau gak sih, sering gue temui orang masih bersantai di depan TV. *kayak ibu gue lagi nonton sinetron, hehe tapi beliau udah berubah kok.
Yah, jadi banyak yang nunggu iklan dulu baru wudhu. Trus kalau iklannya udah selesai, langsung buru-buru deh nongkrong di depan TV. *lupa sekejap niatnya untuk ke masjid. Apalagi kalau ada SIARAN LANGSUNG BOLA INDONESIA VS FULAN kayak beberapa hari yang lalu. Alhasil marbot masjid deket rumah gue nyaris punya 3 profesi sekaligus *wuihhh...keren kan padahal nyari 1 kerjaan aja susahnya minta ampyun. Yak bener! Si marbot berprofesi muadzin, Imam, dan makmum. *three in one kayak kopi seduh

- Pas maghrib juga, gue sering melihat tak jarang orang sedang merokok di depan rumahnya selepas kerja, ada juga orang yang sedang ngobrol asyik di depan kantor. 

-Waktu subuh. Gue sering bangun jam 3 *beuhh..pasti pada ngira gue mau tahajud, hehe. Gak juga, kadang gue terbangun jam segitu pengen mengeluarkan sesuatu yang harus dikeluarkan.*U know lah.
hehe sampah maksudnya. Tapi bukan sampah masyarakat.
Nah pas gue keluar rumah, sering tuh gue denger 'gerudak-geruduk' pertanda udah pada bangun para tetangga. *Gue duga nih pada mau siap-siap sholat subuh. Eh tau gak pemirsa ?*serasa siaran  tau-taunya ngejar kereta. *mana bisa dikejar tuh kereta -______-a
Yup, begitulah realitanya. Banyak yang bangun pagi bagetttt, sayangnya bukan bermaksud untuk tahajud atau sholat subuh jamaah di mesjid melainkan ngerjain tugas kantor yang seabrek dan siap-siap menghindari macet.
Pernah ada yang bilang ke Ust. yusuf, "Ustadz, kerja kan ibadah.." Trus dijawab sama ustadz, "Iye sepakat cakep kerja ibadah. Tapi inget ibadah wajibnya dong!" *dengan logat betawi yang khas

-Nah Ashar nich. Waktu yang paling bisa bersantai dan berleha-leha adalah waktu ashar. Beberapa ada yang lagi dalam perjalanan kerja, nyantai sambil tidur suri*maksudnya tidur tapi gak tidur, nah lho?!
trus ada yang lagi nonton di BIOSKOP *hayo ketauan :P,  ada lagi yang sibuk dengan kerjaannya di kantor. Astaghfirullah..*ngelus jidat


-Gak sedikit orang yang lupa mandi gara-gara sibuk dengan kerjaan, proyeknya, dan lain-lain. Yang parahnya lagi nih, ada seorang suami pekerja kantoran yang ampe lupa sama istri dan anaknya. Yang dipikirin uang..karir...kerjaan..rapat. Ampe-ampe seolah-olah ini suami hanya sebagai alat pencetak anak saja. Naudzubillah.
Makanya gak aneh banyak perselingkuhan karena suami dan istri masing-masing sibuk berkarir. Nah, tuh anaknya kumaha? Ya gitu jadi brandalan. Tapi ada juga c yang sholeh kayak gu.............NAWAN *pasti pada seneng karna bukan gue

Melihat realitas*berarti jamak  di atas, kita dapat simpulkan kalau yang namanya waktu tuh PENTING BUANGET. Nah, kita perlu menghayati banget nih suatu surat dalam Al-Qur'an yang pas waktu SD kita pasti seneng banget bacanya^^*karna pertanda pulang


وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ 3)


Artinya: “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam keadaan merugi (celaka), kecuali orang-orang yang beriman, beramal shalih, saling menasehati dalam kebenaran, dan saling menasehati dalam kesabaran.” (Al ‘Ashr: 1-3)

Bener deh, kita rugi banget. Mau ada yang punya banyak cabang perusahaan kek, tetep aja rugi. Di akherat bakal masih beratan sayap lalat. Ya mau gimana mau sukses di akherat kalau kita lupa siapa yang ngasih ntu rizki! 

Sekarang kita mulai memuliakan waktu dengan cara:
jam 3 bangun tahajud
jam 4 subuh jamaah di masjid
jam 4.30 kerja
jam 9.00 duha
jam 12 dzuhur jamaah
jam 15 ashar jamaah
jam 17.45 siap maghrib jamaah
jam 19.00 isya jamaah
jam 19.30 ngerjain tugas kantor or kuliah
dst.

KEREN tuh d^^b. Ayo kita sertakan Allah dalam semua kegiatan kita!

_inspired by Ustadz Yusuf Mansur on Wisata Hati ANTV at 05.00 am_

 



Minggu, 04 Desember 2011

Kisah Sahabat: AMR BIN JAMUH

AMR BIN JAMUH
"Dengan cacat pincangku ini, aku bertekad merebut surga...!"

Ia adalah ipar dari Abdullah bin Amr bin Haram, karena menjadi suami dari saudara perempuan Hindun binti Amar; Ibnul Jamuh merupakan salah seorang tokoh penduduk Madinah dan salah seorang pemimpin Bani Salamah...

Ia didahului masuk Islam oleh putranya Mu'adz bin Amr yang termasuk kelompok 70 peserta bai'at 'Aqabah. Bersama shahabatnya Mu'adz bin Jabal, Mu'adz bin Amr ini menyebarkan Agama Islam di kalangan penduduk Madinah dengan keberanian luar biasa sebagai layaknya pemuda Mu'min yang gagah perwira...

Telah menjadi kebiasaan bagi golongan bangsawan di Madinah, menyediakan di rumah masing~masing duplikat berhala-berhala besar yang terdapat di tempat-tempat pemujaan umum yang dikunjungi oleh orang banyak. Maka sesuai dengan kedudukannya sebagai seorang bangsawan dan pemimpin Amru bin Jamuh juga mendirikan berhala di rumahnya yang dinamakan Manaf.

Putranya, Mu'adz bin Amr bersama temannya Mu'adz bin Jabal telah bermufakat akan menjadikan berhala di rumah bapaknya itu sebagai barang permainan dan penghinaan. Di waktu malam mereka menyelinap ke dalam rumah, lain mengambil berhala itu dan membuangnya ke dalam lubang yang biasa digunakan manusia untuk membuang hajatnya.

Pagi harinya Amr tidak melihat Manaf berada di tempatnya yang biasa, maka dicarinyalah berhala itu dan akhirnya ditemukannya di tempat pembuangan hajat. Bukan main marahnya Amr, lalu bentaknya: "Keparat siapa yang telah melakukan perbuatan durhaka terhadap tuhan-tuhan kita malam tadi...?" Kemudian dicuci dan dibersihkannya berhala itu dan dibelinya wangi-wangian.

Malam berikutnya, berdua Mu'adz bin Amr dan Mu'adz bin Jabal memperlakukan berhala itu seperti pada malam sebelumnya. Demikianlah pula pada malam-malam selanjutnya. Dan akhirnya setelah merasa bosan, Amar mengambil pedangnya lalu menaruhnya di leher Manaf, sambil berkata: ''Jika kamu betul-betul dapat memberikan kebaikan, berusahalah untuk mempertahankan dirimu ... !''


Pagi-pagi keesokan harinya Amr tidak menemukan berhalanya di tempat biasa... tetapi ditemukannya di tempat pembuangan hajat, dan tidak sendirian, berhala itu terikat bersama bangkai seekar aniing dengan tali yang kuat. Selagi ia dalam keheranan, kekecewaan serta amarah, tiba-tiba datangtah ke tempatnya itu beberapa orang hangsawan Madinah yang telah masuk Islam. Sambil menunjuk kepada berhala yang tergeletak tidak berdaya dan terikat pada bangkai anjing itu, mereka mengajak akal budi dan hati nurani Amr bin Jamuh untuk berdialog serta membeberkan kepadanya perihal Tuhan yang sesungguhnya, Yang Maha Agung lagi Maha Tinggi, yang tidak satupun yang menyamai-Nya. Begitupun tentang Muhammad saw, orang yang jujur dan terpercaya, yang muncul di arena kehidupan ini untuk memberi bukan untuk menerima, untuk memberi petunjuk dan bukan untuk menyesatkan. Dan mengenai Agama Islam yang datang untuk membebaskan manusia dari belenggu segala macam belenggu dan menghidupkan pada mereka ruh Allah serta menerangi dalam hati mereka dengan cahaya-Nya.


Maka dalam beberapa saat, Amr telah menemukan diri dan harapannya... Beberapa saat kemudian ia pergi, dibersihkahnya pakaian dan badannya lalu memakai minyak wangi dan merapikan diri, kemudian dengan kening tegak dan jiwa bersinar ia pergi untuk bai'at kepada Nabi teiakhir, dan menempati kedudukannya di barisan orang-orang beriman.
Mungkin ada yang bertanya, kenapa orang-orang seperti Amr ibnul Jamuh, yang merupakan pemimpin dan bangsawan di kalangan suku bangsanya, kenapa mereka sampai mempercayai berhala-berhala itu sedemikian rupa? Kenapa akal fikiran mereka tak dapat menghindarkan diri dari kekebalan dan ketololan itu? Dan kenapa sekarang ini, setelah mereka menganut Islam dan memberikan pengurbanan, kita menganggap mereka sebagai orang-orang besar?


Di masa sekarang ini, pertanyaan seperti itu mudah saja timbul, karena bagi anak kecil sekalipun tak masuk dalam akalnya akan mendirikan di rumahnya barang yang terbuat dari kayu lalu disembahnya, walaupun masih ada para ilmuwan yang menyembah patung.
Tetapi di zaman yang silam, kecenderungan-kecenderungan manusia terbuka luas untuk menerima perbuatan-perbuatan aneh seperti itu di mana kecerdasan dan daya fikir mereka tiada berdaya menghadapi arus tradisi kuno tersebut.


Sebagai contoh dapat kita kemukakan di sini, Athena. Yakni Athena di masa Perikles, Pythagoras dan Socrates! Athena yang telah mencapai tingkat berfikir yang menakjubkan, tetapi seluruh penduduknya, baik para filosof, tokoh-tokoh pemerintahan sampai kepada rakyat biasa, mempercayai patung-patung yang dipahat, dan memujanya sampai taraf yang amat hina dan memalukan! Sebabnya ialah karena rasa keagamaan di masa-masa yang telah jauh berselang itu tidak mencapai garis yang sejajar dengan ketinggian alam fikiran mereka.


Amr ibnul Jamuh telah menyerahkan hati dan hidupnya kepada Allah Rabbul-Alamin. Dan walaupun dari semula ia telah berbai'at pemurah dan dermawan, tetapi Islam telah melipatgandakan kedermawanannya ini, hingga seluruh harta kakayaannya diserahkannya untuk Agama dan kawan-kawan seperjuangannya.


Pernah Rasulullah saw menanyakan kepada segolongan Bani Salamah yaitu suku Amr ibnul Jamuh, katanya: "Siapakah yang menjadi pemimpin kalian, hai Bani Salamah?" Ujar mereka: "Al-Jaddu bin Qeis, hanya sayang ia kikir...". Maka sabda Rasulullah pula: "Apa lagi penyakit yang lebih parah dari kikir! Kalau begitu pemimpin kalian ialah si Putih Keriting, Amr ibnul Jamuh...!'' Demikianlah kesaksian dari Rasulullah saw ini merupakan penghormatan besar bagi Amr! Dan mengenai ini seorang penyair Anshar pernah berpantun:


"Amr ibnul Jamuh membiarkan kedermawanannya merajalela, dan memang wajar, bila ia dibiarkan berkuasa, jika datang permintaan, dilepasnya kendali hartanya, silakan ambil, ujarnya, karena esok ia akan kembali, berlipat ganda!"
Dan sebagaimana ia dermawan membaktikan hartanya di jalan Allah, maka Amr ibnul Jamuh tak ingin sifat pemurahnya akan kurang dalam menyerahkan jiwa raganya! Tetapi betapa caranya? Kakinya yang pincang menjadi penghadang badannya untuk ikut dalam peperangan. Ia mempunyai empat orang putra, semuanya beragama islam dan semuanya satria bagaikan singa, dan ikut bersama Nabi saw dalam setiap peperangan serta tabah dalam menunaikan tugas perjuangan.


Amr telah berketetapan hati dan telah menyiapkan peralatannya untuk turut dalam perang Badar, tetapi putra-putranya memohon kepada Nabi agar ia mengurungkan maksudnya dengan kesadaran sendiri, atau bila terpaksa dengan larangan dari Nabi.
Nabi pun menyampaikan kepada Amr bahwa Islam membebaskan dirinya dari kewajiban perang, dengan alasan ketidakmampuan disebabkan cacad kakinya yang berat itu. Tetapi ia tetap mendesak dan minta diizinkan, hingga Rasulullah terpaksa mengeluarkan perintah agar ia tetap tinggal di Madinah.


Kemudian datanglah Masanya perang Uhud. Amr lalu pergi menemui Nabi saw, memohon kepadanya agar diizinkan turut, katanya: "Ya Rasulallah, putra-putraku bermaksud hendak menghalangiku pergi bertempur bersama anda. Demi Allah, aku amat berharap kiranya dengan kepincanganku ini aku dapat merebut surga!''
Karena permintaannya yang amat sangat, Nabi saw memberinya izin untuk turut. Maka diambilnya alat-alat senjatanya, dan dengan hati yang diliputi oleh rasa puas dan gembira, ia berjalan berjingkat-jingkat. Dan dengan suara beriba-iba ia memohon kepada Allah: "Ya Allah, berilah aku kesempatan untuk menemui syahid, dan janganlah aku dikembalikan kepada keluargaku!"


Dan kedua pasukan pun bertemulah di hari uhud itu. Amr ibnul Jamuh bersama keempat putranya maju ke depan menebaskan pedangnya kepada tentara penyeru kesesatan dan pasukan syirik.


Di tengah-tengah pertarungan yang hiruk-pikuk itu Amr melompat dan bersijingkat, dan sekali lompat pedangnya menyambar satu kepala dari kepala-kepala orang musyrik. Ia terus melepaskan pukulan-pukulan pedangnya ke kiri ke kanan dengan tangan kanannya, sambil menengok ke sekelilingnya, seolah-olah mengharapkan kedatangan Malaikat dengan secepatnya yang akan menemani dan mengawalnya masuk surga.
Memang, ia telah memohon kepada Tuhannya agar diberi syahid dan ia yakin bahwa Allah swt pastilah akan mengabulkannya. Dan ia rindu, amat rindu sekali akan berjingkat dengan kakinya yang pincang itu dalam surga, agar ahli surga itu sama mengetahui bahwa Muhammad Rasulullah saw itu tahu bagaimana caranya memilih shahabat dan bagaimana pula mendidik dan menempa manusia.


Dan apa yang ditunggu-tunggunya itu pun tibalah, suatu pukulan pedang yang berkelebat, memaklumkan datangnya saat keberangkatan, yakni keberangkatan seorang syahid yang mulia, menuju surga jannatul khuldi, surga Firdausi yang abadi!
Dan tatkala Kaum Muslimin memakamkan para syuhada mereka, Rasulullah saw mengeluarkan perintah:
"Perhatikan, tanamkanlah jasad Abdullah bin Amr bin Haram dan Amr ibnul Jamuh di makam yang satu, karena selagi hidup mereka adalah dua orang shahabat yang setia dan saling menyayangi!"


Kedua shahabat yang saling menyayangi dan telah menemui syahid itu dikuburkan dalam sebuah makam, yakni dalam pangkuan tanah yang menyambut jasad mereka yang suci setelah menyaksikan kepahlawanan mereka yang luar biasa.
Dan setelah waktu berlalu selama 46 tahun di pemakaman dan penyatuan mereka, datanglah banjir besar yang melanda dan menggenangi tanah pekuburan disebabkan digalinya sebuah mata air yang dialirkan Muswiyah melalui tempat itu. Kaum Muslimin pun segera memindahkan kerangka para syuhada.


Kiranya mereka sebagai dilukiskan oleh orang-orang yang ikut memindahkan mereka: "Jasad mereka menjadi lembut, dan ujung-ujung anggota tuhuh mereka jadi melengkung!"
Ketika itu Jabir bin Abdullah masih hidup. Maka bersama keluarganya ia pergi memindahkan kerangka bapaknya Abdullah bin Amr bin Haram serta kerangka bapak kecilnya Amr ibnul Jamuh... Kiranya mereka dapati kedua mereka dalam kubur seolah-olah sedang tidur nyenyak. Tak sedikit pun tubuh mereka dimakan tanah, dan dari kedua bibir masing-masing belum hilang senyuman manis alamat ridha dan bangga yang telah terlukis semenjak mereka dipanggil untuk menemui Allah dulu.


Apakah kita merasa heran? Tidak, janganlah merasa heran! Karena jiwa-jiwa besar yang suci lagi bertaqwa, yang mampu mengendalikan arah tujuan hidupnya, membuat tubuh-tubuh kasar yang menjadi tempat kediamannya, memiliki semacam ketahanan yang dapat menangkis sebab-sebab kelapukan dan mengatasi bencana-bencana tanah.


SUMBER: Buku 60 SIRAH SAHABAT karangan KHALID MUHAMMAD WALID

Kisah Sahabat: ABU MUSA AL-ASY’ARI

ABU MUSA AL-ASY’ARI
“Yang Penting Ikhlas! Apa pun yang Terjadi setelah Itu, Terjadilah”
 
Tatkala Amirul Mu’minin Umar bin Khatthab mengirimnya ke Bashrah untuk menjadi panglima dan gubernur, dikumpulkannyalah penduduk lain berpidato di hadapan mereka, katanya:
“Sesungguhnya Amirul Mu’minin Umar telah mengirimku kepada kamu sekalian, agar aku mengajarkan kepada kalian kitab Tuhan kalian dan Sunnah Nabi kafian, serta membersihkan jalan hidup kalian… !”

Orang-orang sama heran dan bertanya-tanya… ! Mereka mengerti apa yang dimaksud dengan mendidik dan mengajari mereka tentang Agama, yang memang menjadi kewajiban gubernur dan panglima. Tetapi sejak kapan membersihkan jalan juga menjadi tanggung jawab seorang gubernur” Bagi mereka, ini hal baru yang mengundang keheranan, takjib, dan tanda tanya.
Maka siapakah kiranya gubernur ini, yang mengenai dirinya Hasan Basri r.a. pernah berkata: — ‘Tak seorang pengendarapun yang datang ke Basrah yang lebih berjasa kepada penduduknya selain dia … !”

Ia adalah Abdullah bin Qeis dengan gelar Abu Musa al-Asy’ari. Ia meninggalkan negeri dan kampung halamannya Yaman menuju Mekah·, segera setelah mendengar munculnya seorang Rasul di sana yang menyerukan tauhid, dan menyeru beribadah kepada Allah berdasarkan penalaran dan pengertian, serta menyuruh berakhlaq mulia.
Di Mekah dihabiskan waktunya untuk duduk di hadapan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam menerima petunjuk dan keimanan daripadanya. Lalu pulanglah ia ke negerinya membawa kalimat Allah, baru kembali lagi kepada Rasul shallallahu alaihi wasalam tidak lama setelah selesainya pembebasan Khaibar….

Kebetulan kedatangannya ini bersamaan dengan tibanya Ja’far bin Abi Thalib bersama rombongannya dari Habsyi, hingga semua mereka mendapat bagian saham dari hasil pertempuran Khaibar.
Kali ini, Abu Musa tidaklah datang seorang diri, tetapi membawa lebih dari lima puluh orang laki-laki penduduk Yaman yang telah diajarinya tentang Agama Islam, serta dua orang saudara kandungnya yang bernama Abu Ruhum dan Abu Burdah.
Rombongan ini, bahkan seluruh kaum mereka dinamakan Rasulullah golongan Asy’ari, serta dilukiskannya bahwa mereka adalah orang-orang yang paling lembut hatinya di antara sesamanya. Dan sering mereka diambilnya sebagai tamsil perbandingan bagi para shahabatnya, sabda beliau: — “Orang-orang Asy’ari ini bila mereka kekurangan makanan dalam peperangan atau ditimpa paceklik, maka mereka kumpulkan semua makanan yang mereka miliki pada selembar kain, lalu mereka bagi rata ….
Maka mereka termasuk golonganku, dan aku termasuk golongan mereka… !”
Mulai saat itu, Abu Musa pun menempati kedudukannya yang tinggi dan tetap di kalangan Kaum Muslimin dan Mu’minin yang ditakdirkan beroleh nasib mujur menjadi shahabat Rasulullah dan muridnya, dan yang menjadi penyebar Islam ke seluruh dunia, pada setiap masa zaman.

Abu Musa merupakan gabungan yang istimewa dari sifat-sifat utama! Ia adalah prajurit yang gagah berani dan pejuang yang tangguh bila berada di medan perang… ! Tetapi ia juga seorang pahlawan perdamaian, peramah dan tenang, keramahan dan ketenangannya mencapai batas maksimal … ! Seorang ahli hukum yang cerdas dan berfikiran sehat, yang mempu mengerahkan perhatian kepada kunei dan pokok persoalan, serta mencapai hasil gemilang dalam berfatwa dan mengambil keputusan, sampai ada yang mengatakan: “Qadli atau hakim ummat ini ada empat orang, yaitu Umar, Ali, Abu Musa dan Zaid bin Tsabit ….”.
Di samping itu ia berkepribadian suci hingga orang yang menipunya di jalan Allah, pasti akan tertipu sendiri, tak ubahnya seperti senjata makan tuan … ! Abu Musa sangat bertanggung jawab terhadap tugasnya dan besar perhatiannya terhadap sesama manusia. Dan andainya kita ingin memilih suatu semboyan dari kenyataan hidupnya, maka semboyan itu akan berbunyi: — “Yang penting ialah ikhlas, kemudian biarlah terjadi apa yang akan terjadi… !”

Dalam arena perjuangan al-Sy’ari memikul tanggung jawab dengan penuh keberanian, hingga menyebabkan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam berkata mengenai dirinya: — “Pemimpin dari orang-orang berkuda ialah Abu Musa ” Dan sebagai pejuang, Abu Musa melukiskan gambaran hidupnya sebagai berikut: “Kami pernah pergi menghadapi suatu peperangan bersama Rasulullah, hingga sepatu kami pecah berlobang-lobang, tidak ketinggalan sepatuku, bahkan kuku jariku habis terkelupas, sampai-sampai kami terpaksa membalut telapak kaki kami dengan sobekan kain… !”

Keramahan, kedamaian dan ketenangannya, jangan harap menguntungkan pihak musuh dalam sesuatu peperangan Karena dalam suasana seperti ini, ia akan meninjau sesuatu dengan sejelas-jelasnya, dan akan menyelesaikannya dengan tekad yang tak kenal menyerah.
Pernah terjadi ketika Kaum Muslimin membebaskan negeri Persi, Al-Asy’ari dengan tentaranya menduduki kota Isfahan.
Penduduknya minta berdamai dengan perjanjian bahwa mereka akan membayar upeti. Tetapi dalam perjanjian itu mereka tidak jujur, tujuan mereka hanyalah untuk mengulur waktu untuk mempersiapkan diri dan akan memukul Kaum Muslimin secara curang… !
Hanya kearifan Abu Musa yang tak pernah lenyap di saat-saat yang diperlukan, mencium kebusukan niat yang mereka sembunyikan …. Maka tatkala mereka bermaksud hendak melancarkan pukulan mereka itu, Abu Musa tidaklah terkejut, bahkan telah lebih dulu siap untuk melayani dan menghadapi mereka. Terjadiiah pertempuran, dan belum lagi sampai tengah hari, Abu Musa telah beroleh kemenangan yang gemilang…. !

Dalam medan tempur melawan imperium Persi, Abu Musa al-Asy’ari mempunyai saham dan jasa besar. Bahkan dalam pertempuran di Tustar, yang dijadikan oleh Hurmuzan sebagai benteng pertahanan terakhir dan tempat ia bersama tentaranya mengundurkan diri, Abu Musa menjadi pahlawan dan bintang lapangannya … ! Pada saat itu Amirul Mu’minin Umar ibnul Khatthab mengirimkan sejumlah tentara yang tidak sedikit, yang dipimpin oleh ‘Ammar bin Yasir, Barra’ bin Malik, Anas bin Malik, Majzaah al-Bakri dan Salamah bin Raja’.
Dan kedua tentara itu pun, yakni tentara Islam di bawah pimpinan Abu Musa, dan tentara Persi di bawah pimpinan Hurmuzan, bertemulah dalam suatu pertempuran dahsyat.
Tentara Persi menarik diri ke dalam kota Tustar yang mereka perkuat menjadi benteng. Kota itu dikepung oleh Kaum Muslimin berhari-hari lamanya, hingga akhirnya Abu Musa mempergunakan akal muslihatnya ….
Dikirimnya beberapa orang menyamar sebagai pedagang Persi membawa dua ratus ekor kuda disertai beberapa prajurit perintis menyamar sebagai pengembala.
Pintu gerbang kota pun dibuka untuk mempersilakan para pedagang masuk. Secepat pintu benteng itu dibuka, prajurit-prajurit pun berloncatan menerkam para penjaga dan pertempuran kecil pun terjadi.
Abu Musa beserta pasukannya tidak membuang waktu lagi menyerbu memasuki kota, pertempuran dahsyat terjadi, tapi tak berapa lama seluruh kota diduduki dan panglima beserta seluruh pasukannya menyerah kalah, Panglima musuh beserta para komandan pasukan oleh Abu Musa dikirim ke Madinah, menyerahkan nasib mereka pada Amirul Mu’minin.
Tetapi baru saja prajurit yang kaya dengan pengalaman dan dahsyat ini meninggalkan medan, ia pun telah beralih rupa menjadi seorang hamba yang rajin bertaubat, sering menangis dan amat jinak bagaikan burung merpati…Ia membaca al-Quran dengan suara yang menggetarkan tail hati para pendengarnya, hingga mengenai ini Rasulullah pernah bersabda: -
‘Sungguh, Abu Musa telah diberi Allah seruling dari seruling-seruling keluarga Daud…!”
Dan setiap Umar radhiallahu anhu melihatnya, dipanggiinya dan disuruhnya untuk membacakan Kitabullah: -
“Bangkitlah kerinduan kami kepada Tuhan kami, wahai Abu Musa… !”
Begitu pula dalam peperangan, ia tidak ikut serta, kecuali Sika melawan tentara musyrik, yakni tentara yang menentang Agama dan bermaksud hendak memadamkan nur atau cahaya Ilahi…Adapun peperangan antara sesama Muslim, maka ia menyingkirkan diri dan tak hendak terlibat di dalamnya.
Pendiriannya ini jelas terlihat dalam perselisihan antara Ali dan Mu’awiyah, dan pada peperangan yang apinya berkobar ketika itu antara sesama Muslim.

Dan mungkin pokok pembicaraan kita sekarang ini akan dapat mengungkapkan prinsip hidupnya yang paling terkenal yaitu pendiriannya dalam tahkim, pengadilan atau penyelesaian sengketa antara Ali dan Mu’awiyah.
Pendiriannya ini sering dikemukakan sebagai saksi dan bukti atas kebaikan hatinya Yang berlebihan, hingga menjadi makanan empuk bagi Orang yang menipudayakannya. Tetapi sebagaimana akan kita lihat kelak, pendirian ini walaupun mungkin agak tergesa-gesa dan terdapat padanya kecerobohan, hanyalah mengungkapkan kebesaran shahabat yang mulia ini, baik kebesaran jiwa dan kebesaran keimanannya kepada yang haq serta kepercayaannya terhadap sesama kawan ….
Pendapat Abu Musa mengenai soal tahkim ini dapat kita Simpulkan sebagai berikut: — memperhatikan adanya peperangan sesama Kaum Muslimin, dan adanya gejala masing-masing mempertahankan pemimpin dan kepala pemerintahannya, suasana antara kedua belah pihak sudah melantur sedemikian jauh serta teramat gawat menyebabkan nasib seluruh ummat Islam telah berada di tepi jurang yang amat dalam, maka menurut Abu Musa, suasana ini baru diubah dan dirombak dari bermula secara keseluruhan… !
Sesungguhnya perang saudara yang terjadi ketika itu, hanya berkisar pada pribadi kepala negara atau khalifah yang diperebutkan oleh dua golongan Kaum Muslimin. Maka pemecahannya ialah hendaklah Imam Ali meletakkan jabatannya nntuk sementara waktu, begitu pula Mu’awiyah baru turun, kemudian urusan diserahkan lagi dari bermula kepada Kaum Muslimin yang dengan jalan musyawarat akan memilih khalifah yang mereka kehendaki.

Demikianlah analisa Abu Musa ini mengenai kasus tersebut, dan demikian pula cara pemecahannya … ! Benar bahwa Ali radhiallahu anhu telah diangkat menjadi khalifah secara sah. Dan benar pula bahwa pembangkangan yang tidak beralasan, tidak dapat dibiarkan mencapai maksudnya untuk menggugurkan yang haq yang diakui syari’at … ! Hanya menurut Abu Musa, pertikaian sekarang ini telah menjadi pertikaian antara penduduk Irak dan penduduk Syria, yang memerlukan pemikiran dan pemecahan dengan cara baru ,karena pengkhianatan Mu’awiyah sekarang ini telah menjadi pembangkangan penduduk Syria, sehingga semua pertikaian itu tidaklah hanya pertikaian dalam pendapat dan pilihan saja.
Tetapi kesemuanya itu telah berlarut-larut menjadi perang saudara dahsyat yang telah meminta ribuan korban dari kedua belah pihak, dan masih mengancam Islam dan Kaum Muslimin dengan akibat yang lebih parah!
Maka melenyapkan sebab-sebab pertikaian dan peperangan serta menghindarkan benih-benih dan biang keladinya, bagi Abu Musa merupakan titik tolak untuk mencapai penyelesaian … !

Pada mulanya, sesudah menerima rencana tahkim, Imam Ali bermaksud akan mengangkat Abdullah bin Abbas atau shahabat lainnya sebagai wakil dari pihaknya. Tetapi golongan besar yang berpengaruh dari shahabat dan tentaranya memaksanya untuk memilih Abu Musa al-Asy’ari.
Alasan mereka karena Abu Musa tidak sedikit pun ikut campur dalam pertikaian antara Ali dan Mu’awiyah sejak semula. Bahkan setelah ia putus asa membawa kedua belah pihak kepada saling pengertian, kepada perdamaian dan menghentikan peperangan, ia menjauhkan diri dari pihak-pihak yang bersengketa itu. Maka ditinjau dari segi ini, ia adalah orang yang paling tepat untuk melaksanakan tahkim.
Mengenai keimanan Abu Musa, begitupun tentang kejujuran dan ketulusannya, tak sedikit pun diragukan oleh Imam Ali.
Hanya ia tahu betul maksud-maksud tertentu pihak lain dan pengandalan mereka kepada anggar lidah dan tipu muslihat.
Sedang Abu Musa, walaupun ia seorang yang ahli dan berilmu, tidak menyukai siasat anggar lidah dan tipu muslihat ini, serta ia ingin memperlakukan orang dengan kejujurannya dan bukan dengan kepintarannya. Karena itu Imam Ali khawatir Abu Musa akan tertipu oleh orang-orang itu, dan tahkim hanya akan beralih rupa menjadi anggar lidah dari sebelah pihak yang akan tambah merusak keadaan … !
Dan tahkim antara kedua belah pihak itu pun mulailah …. Abu Musa bertindak sebagai wakil dari pihak Imam Ali sedang Amr bin ‘Ash sebagai wakil dari pihak Mu’awiyah. Dan sesungguhnya ‘Amr bin ‘Ash mengandalkan ketajaman otak dan kelihaiannya yang luar biasa untuk memenangkan pihak Mu’awiyah.
Pertemuan antara kedua orang wakil itu, yakni Asy’ari dan ‘Amr, didahului dengan diajukannya suatu usul yang dilontarkan oleh Abu Musa, yang maksudnya agar kedua hakim menyetujui dicalonkannya, bahkan dimaklumkannya Abdullah bin Umar sebagai khalifah Kaum Muslimin, karena tidak seorang pun di antara umumnya Kaum Muslimin yang tidak mencintai, menghormati dan memuliakannya.
Mendengar arah pembicaraan Abu Musa ini,’Amr bin ‘Ash pun meiihat suatu kesempatan emas yang tak akan dibiarkannya berlalu begitu saja. Dan maksud usul dari Abu Musa ialah bahwa ia sudah tidak terikat lagi dengan pihak yang diwakilinya, yakni Imam Ali. Artinya pula bahwa ia bersedia menyerahkan khalifah kepada pihak lain dari kalangan shahabat-shahabat Rasul, dengan alasan bahwa ia telah mengusulkan Abdullah bin Umar ….
Demikianlah dengan kelicinannya, ‘Amr menemukan pintu yang lebar untuk mencapai tujuannya, hingga ia tetap mengusulkan Mu’awiyah. Kemudian diusulkannya pula puteranya sendiri Abdullah bin ‘Amr yang memang mempunyai kedudukan tinggi di kalangan para shahabat Rasulullah saw.

Kecerdikan ‘Amr ini, terbaca oleh keahlian Abu Musa. Karena demi dilihatnya’Amr mengambil prinsip pencalonan itu sebagai dasar bagi perundingan dan tahkim, ia pun memutar kendali ke arab yang lebih aman. Secara tak terduga dinyatakannya kepada ‘Amr bahwa pemilihan khalifah itu adalah haq seluruh Kaum Muslimin, sedang Allah telah menetapkan bahwa segala urusan mereka hendaklah diperundingkan di antara mereka. Maka hendaklah soal pemilihan itu diserahkan hanya kepada mereka bersama.
Dan akan kita lihat nanti bagaimana ‘Amr menggunakan prinsip yang mulia ini untuk keuntungan pihak Mu’awiyah
Tetapi sebelum itu marilah kita dengar soal jawab yang bersejarah itu yang berlangsung antara Abu Musa dan ‘Amr bin ‘Ash di awal pertemuan mereka, yang kita nukil dari buku “Al-Akhbaruth Thiwal” buah tangan Abu Hanifah ad Dainawari sebagai berikut: — Abu Musa :
+ Hai ‘Amr! Apakah anda menginginkan kemaslahatan ummat dan ridla Allah …? Ujar ‘Amr: -
– Apakah itu ?
+ Kita angkat Abdullah bin Umar. Ia tidak ikut campur sedikit pun dalam peperangan ini.
– Dan anda, bagaimana pandangan anda terhadap Mu’awiyah…?
+ Tak ada tempat Mu’awiyah di sini …, dan tak ada haknya
–Apakah anda tidak mengakui bahwa Utsman dibunuh secara aniaya…?
+ Benar!
–Maka Mu’awiyah adalah wail dan penuntut darahnya, sedang kedudukan atau asal-usulnya di kalangan bangsa Quraisy sebagai telah anda ketahui pula. Jika ada yang mengatakan nanti kenapa ia diangkat untuk jabatan itu, padahal tak ada sangkut pautnya dulu, maka anda dapat memberikan alasan bahwa ia adalah wail darah Utsman, sedang Allah Ta’ala berfirman: “Barang siapa yang dibunuh secara aniaya, make Kami berikan kekuasaan kepada walinya I” Di samping itu ia adalah saudara Ummu Habibah, istri Nabi shallallahu alaihi wasalam juga salah seorang dari shahabatnya.
+ Takutilah Allah hai ‘Amr! Mengenai kemuliaan Mu’awiyah yang kamu katakan itu, seandainya khilafat dapat diperoleh dengan kemuliaan, maka orang yang paling berhaq terhadapnya ialah Abrahah bin Shabah, karena ia adalah keturunan raja-raja Yaman Attababiah yang menguasai bagian timur dan barat bumi. Kemudian, apa artinya kemuliaan Mu’awiyah dibanding dengan Ali bin Abi Thalib …? Adapun katamu bahwa Mu’awiyah wail Utsman, maka lebih utamalah daripadanya putera Utsman sendiri ‘Amr bin Utsman… ! Tetapi seandainya kamu bersedia mengikuti anjuranku, kita hidupkan kembali Sunnah dan kenangan Umar bin Khatthab dengan mengangkat puteranya Abdullah si Kyahi itu…!
–Kalau begitu apa halangannya bila anda mengangkat puteraku Abdullah yang memiliki keutamaan dan keshalehan, begitupun lebih dulu hijrah dan bergaul dengan Nabi?
+ Puteramu memang seorang yang benar! Tetapi kamu telah menyeretnya ke lumpur peperangan ini! Maka baiklah kita serahkan saja kepada orang baik, putra dari orang baik ,yaitu Abdullah bin Umar … !
– Wahai Abu Musa! Urusan ini tidak cocok baginya, karena pekerjaan ini hanya layak bagi laki-laki yang memiliki dua pasang geraham, yang satu untuk makan, sedang lainnya untuk memberi makan … !
+ Keterlaluan engkau wahai ‘Amr! Kaum Muslimin telah menyerahkan penyelesaian masalah ini kepada kita, setelah mereka berpanahan dan bertetakan pedang. Maka janganlah kita jerumuskan mereka itu kepada fitnah …!
– Jadi bagaimana pendapat anda … ?
+ Pendapatku, kita tanggalkan jabatan khalifah itu dari kedua mereka — Ali dan Mu’awiyah — dan kita serahkan kepada permusyawaratan Kaum NIuslimin yang akan memilih siapa yang mereka sukai.
– Ya, saya setuju dengan pendapat ini, karena di sanalah terletak keselamatan jiwa manusia .. !

Percakapan ini merubah sama sekali akan bentuk gambaranyang biasa kita bayangkan mengenai Abu Musa al-Asy’ari, setiap kita teringat akan peristiwa tahkim ini. Ternyata bahwa Abu Musa jauh sekali akan dapat dikatakan lengah atau lalai. Bahkan dalam soal jawab ini kepintarannya lebih menonjol dari kecerdikan ‘Amr bin ‘Ash yang terkenal licin dan lihai itu Maka tatkala ‘Amr hendak memaksa Abu Musa untuk menerima Mu’awiyah sebagai khalifah dengan alasan kebangsawanannya dalam suku Quraisy dan kedudukannya sebagai wall dari Utsman, datanglah jawaban dari Abu Musa, suatu jawaban gemilang dan tajam laksana mata pedang: — Seandainya khilafat itu berdasarkan kebangsawanan, maka Abrahah bin Shabbah seorang keturunan raja-raja, lebih utama dari Mu’awiyah….!
Dan jika berdasarkan sebagai wali dari darah Utsman dan pembela haknya, maka putera Utsman radhiallahu anhu . sendiri lebih utama menjadi wali dari Mu’awiyah …!

Setelah perundingan ini, kasus tahkim berlangsung menempuh jalan sepenuhnya menjadi tanggung jawab ‘Amr bin ‘Ash seorang diri …. Abu Musa telah melaksanakan tugasnya dengan mengembalikan urusan kepada ummat, yang akan memutuskan dan memilih khalifah mereka. Dan ‘Amr telah menyetujui dan mengakui tarikatnya dengan pendapat ini ….
Bagi Abu Musa tidak terpikir bahwa dalam suasana genting yang mengancam Islam dan Kaum Muslimin dengan mala petaka besar ini, ‘Amr masih akan bsrsiasat anggar lidah, bagaimana juga fanatiknya kepada Mu’awiyah … ! Ibnu Abbas telah memperingatkannya ketika ia kembalikepada mereka menyampaikan apa yang telah disetujui, jangan-jangan ‘Amr akan bersilat lidah, katanya: -
“Demi Allah, saya khawatir ‘Amr akan menipu anda! Jika telah tercapai persetujuan mengenai sesuatu antara anda berdua, maka silakanlah dulu ia berbicara, kemudian baru anda di belakangnya…. !”
Tetapi sebagai dikatakan tadi, melihat suasana demikian gawat dan penting, Abu Musa tak menduga ‘Amr akan main-main, hingga ia merasa yakin bahwa ‘Amr akan memenuhi apa yang telah mereka setujui bersama.
Keesokan harinya, kedua mereka pun bertemu mukalah …, Abu Musa mewakili pihak Imam Ali dan ‘Amr bin ‘Ash mewakili pihak Mu’awiyah.
Abu Musa mempersilakan ‘Amr untuk bicara, ia menolak, katanya: -
“Tak mungkin aku akan berbicara lebih dulu dari anda… ! Anda lebih utama daripadaku, lebih dulu hijrah dan lebih tua ‘”
Maka tampillah Abu Musa, lalu menghadap ke arah khalayak dari kedua belah pihak yang sedang duduk menunggu dengan berdebar, seraya katanya: -
“Wahai saudara sekalian! Kami telah meninjau sedalam-dalamnya mengenai hal ini yang akan dapat mengikat tail kasih sayang dan memperbaiki keadaan ummat ini, kami tidak melihat jalan yang lebih tepat daripada menanggalkan jabatan kedua tokoh ini, Ali dan Mu’awiyah, dan menyerahkannya kepada permusyawaratan ummat yang akan memilih siapa yang mereka kehendaki menjadi khalifah…. Dan sekarang, sesungguhnya saya telah menanggalkan Ali dan Mu’awiyah dari jabatan mereka …. Maka hadapilah urusan kalian ini dan angkatlah orang yang kalian sukai untuk menjadi khalifah kalian … !’

Sekarang tiba giliran ‘Amr untuk memaklumkan penurunan Mu’awiyah sebagaimana telah dilakukan Abu Musa terhadap Ail, untuk melaksanakan persetujuan yang telah dilakukannya kemarin.’Amr menaiki mimbar, lain katanya: “Wahai saudara sekalian! Abu Musa telah mengatakan apa yang telah sama kalian dengar, dan ia telah menanggalkan shahabatnya dari jabatannya Ketahuilah, bahwa saya juga telah menanggaIkan shahabatnya itu dari jabatannya sebagaimana dilakukannya, dan saya mengukuhkan shahabatku Mu’awiyah, karena ia adalah wali dari Amirul Mu’minin Utsman dan penuntut darahnya serta manusia yang lebih berhak dengan jabatannya ini … !”
Abu Musa tak tahan menghadapi kejadian yang tidak disangka-sangka itu. Ia mengeluarkan kata-kata sengit dan keras sebagai tamparan kepada ‘Amr. Kemudian ia kembali kepada sikap mengasingkan diri… , diayunnya langkah menuju Mekah . . , di dekat Baitul Haram, menghabiskan usia dan hari-harinya di sana.
Abu Musa radhiallahu anhu . adalah orang kepercayaan dan kesayangan Rasulullah shallallahu alaihi wasalam juga menjadi kepercayaan dan kesayangan para khalifah dan shahabat-shahabatnya . · · ·
Sewaktu Rasulullah shallallahu alaihi wasalam masih hidup, ia diangkatnya bersama Mu’adz bin Jabal sebagai penguasa di Yaman. Dan setelah Rasul wafat, ia kembali ke Madinah untuk memikul tanggung jawabnya dalam jihad besar yang sedang diterjuni oleh tentara Islam terhadap Persi dan Romawi.

Di masa Umar, Amirul Mu’minin mengangkatnya sebagai gubernur di Bashrah, sedang khalifah Utsman mengangkatnya menjadi gubernur di Kufah.
Abu Musa termasuk ahli al-Quran menghafalnya, mendalami dan mengamalkannya. Di antara ucapan-ucapannya yang memberikan bimbingan mengenai al-Quran itu ialah:
“Ikutilah al-Quran … dan jangan kalian berharap akan diikuti oleh al-Quran…!”
Ia juga termasuk ahli ibadah yang tabah. Waktu-waktu siang di musim panas, yang panasnya menyesak nafas, amat dirindukan kedatangannya oleh Abu Musa, dengan tujuan akan shaum padanya, katanya: -
“Semoga rasa haus di panas terik ini akan menjadi pelepas dahaga bagi kita di hari qiamat nanti … !”
Dan pada suatu hari yang lembut, ajal pun datang menyambut …. Wajah menyinarkan cahaya cemerlang, wajah seorang yang mengharapkan rahmat serta pahala Allah ar-Rahman.
Kalimat yang selalu diulang-ulang, dan menjadi buah bibimya, sepanjang hayatnya yang diliputi keimanan itu, diulang dan menjadi buah bibirnya pula di saat ia hendak pergi berlalu ….
Kalimat-kalimat itu ialah: -
“Ya Allah, Engkaulah Maha Penyelamat, dan dari-Mu-lah kumohon Keselamatan’.
 
Sumber: Buku 60 Sirah Sahabat karangan Khalid Muhammad Khald

ISTIQOMAH

Ada yg berkata gni, "Bro, ente sedekah, sholat duha, sholat malem karna ada maunya. Yang ikhlas dung, jgn itung2an."
Si Bro: "Ente jgn Su'udhon sm ane, emg ente tau ane bakal gak ngelakuin itu smw klo hajat ane terkabul?"
Si Cuy: Gak tau sih, tapi ya ente jgn itung2an dung sm Allah. Ibadah ya ibdah ikhlas karna Allah.
Andai sy ada di antara mrk, sy akn bilang gni: "Cuy, ibarat nh ye, kt ketemu sama Pak Presiden scara ekslusif, Sayang kan klo kt g nyampein atau minta ke beliau sesuatu. Nah bgtupun dgn Allah. Syang buanger kt ibdah tapi kagak minta kenikmatan dunia. Tapi.......
Cuy dan Bro: "Tapi apa om?"
Sy: "setelah dpt hajat, ISTIQOMAH." :)

Senin, 06 Juni 2011

SERUNYA TEAM BUILDING FORKOM ALIM'S(Ahad. June 5th, 2011 at Baliklimat)

Ahad, 5 Juni 2011, tepatnya pukul empat pagi saya sudah bangun dan bersiap-siap untuk mandi dan sholat subuh. Seperti biasa, saya harus mengambil tiket untuk antrian ke kamar mandi secara mamah, papah, aa, paling hobi ke kamar mandi pagi-pagi. Ya, , ,beginilah nasib rumah yang cuma punya satu kamar mandi (Tapi harus disyukuri yang pasti, daripada di jamban). Hehe..

Usai sholat subuh, saya langsung seeing buku agenda tersayang yang sudah buluk. Wah...ternyata hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh orang pengangguran calon PNS seperti saya yaitu TEAM BUILDING FORKOM ALIM’S 2011! *prok-prok (bantu..ya bantu..ya). Langsung saya terperanjat dan secepat kilat (lebay dah) mengganti pakaian koko menjadi pakaian gaoel. Di jarkom baru saya sadari, pesaerta disuruh dateng pukul tujuh tepat, beuhh...langsung deh saya ngebut pakai motor dakwah (dakian dan berkawah) kebanggaan anak Indonesia.

Selama perjalanan, saya seperti sedang bermain games, secara saya harus ngebut dan menyalip demi terciptanya ketepatan waktu serta menghindari jalan berlubang. Kalau ampe kena lobang bisa-bisa saya game over alias masuk rumah sakit. (-,-) Ciiiiiittttt....(bukan bunyi anak ayam melainkan bunyi rem motor) akhirnya saya sampai di BALIKLIMAT pukul 06.59., hampir saja telat. Fuuhh..-.-“

Glekk..(nelen ludah tapi pake Qalqalah kubra), baru A agung dan tiga orang akhwat yang baru datang. Tau gitu tadi saya mejeng dulu di masjid (klo di mal gak punya duit euy). Tapi ga papalah saya faham temen-temen forkom kan pada sibuk dalam kebaikan n_n. Akhirnya daripada saya diem, saya jailin a agung aja (soalnya beliau kan gak bisa marah), hehe.

Tik...tok...tik...tok (bukan merek coklat melainkan bunyi jam) tak terasa sudah berjalan 3600 detik. Yang ikhwan cuma nambah Tubagus FaZlurrahman, yang kerap dipanggil TB, A PH, guestar yang diimpor langsung dari Bandung dan Muhammad Luhfi Fajar, yang kerap dipanggil Upay yang merupakan Mas’ul FORKOM ALIM’S se-Asia Pasifik...ckckck :P. Yang akhwat pada tilawah sehingga saya dan ikhwan lain tak mau kalah, langsung kami tilawah juga!

Tok...tik...tok...tik lagi-lagi si jarum pendek berpindah tempat sebesar 30 derajat ke angka 9 dan acara pun  di buka oleh sang MC terlatih dan tepercaya yaitu TeeeeeeeeeeeeeBeeeeeeee. TB nampak semangat sekalee walaupun Proposal belum di acc (hehe..pizz ^^v). Oia hampir lupa, tempat acanya tuh di daerah yang banyak pohonnya dan nyamuknya, pokoke rindang tenan (bukan ibon tapi pohon). :D.  Agar lebih khidmat dan barakah, acara TIMBUL (bukan nasi) ini dibuka denga tilawah oleh A PH. Kami terhanyut dengan lantunan firman-firman Allah.

Usai pembukaan, sang MC mengajarkan kami jel-jel TIMBUL. Kalau MC teriak SEMANGAT PAGI, kami harus jawab PAGI...PAGI.....PAGI, Allahu Akbar! *gerakan seperti Brigade Norman favourite saya (Upps...ketauan deh, hehe). Kami semua tertawa gembira melihat aksi kocak TB, anak asli Cimanggu. Dalam TIMBUL ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian GAMES POS-POS dan TAUJIH dari A Guna (nanti ane ceraitain lebih lanjut siapakah beliau). Jadi, kami seolah-olah adalah para murabbi/ah yang akan mengisi mad’u tetapi kudu melewati halangan, rintangan. POSnya ada empat lho. Yuuuk,,,kita simak perjalanan saya dan teman-teman.^^

POS 1, yaitu POS PERMADANI TERBANG. Pos ini lagi-lagi dipimpin oleh orang terkenal di Cimanggu yaitu TB. Baik ikhwan maupun akhwat, masing-masing hanya ada satu kelompok. Kami, ikhwan tangguh, F4, yaitu A PH, Agus, A Agung, dan Upay. Tiap kelompok diberi seekor sarung dan gelas berisi air hampir penuh. Cara mainnya begini, tiap kelompok harus mengangkat sarung yang di atasnya terdapat gelas berisi air yang hampir terisi penuh ke tempat yang ditentukan TB.Di tengah perjalanan, ada halangan berupa tali rafia yang harus dilewati tiap kelompok. Pertandingan pun dimulai dengan takbir yang memekikkan BAKLIMAT (wuihhh...keren). Kami, para ikhwan agak kesulitan karena cuma aya opat jalmas (pake s karena jamak). Akhirnya kami sampai duluan di garis finish. TB bilang kami curang padahal kami bukan curang melainkan cerdas dan pintar mengambil celah. Satu hal yang kami kecewakan, yaitu kami salah garis finish (hadoohh...T,T) dan akhirnya sengaja kami memberikan kesempatan akhwat untuk menang. Hehe. Di akhir pos 1, kami disuruh memikirkan hikmah dan juga diberikan titipan untuk POS 2.

POS 2, yaitu POS Si BUTA, Si TULI, dan Si BISU. Pos ini dipandu oleh jagoan IPB FORMASI yaitu Teeeeeeeeeeeeeeeebeeeeeeeeee. :D. Di awal pos kami harus meneriakkan “PAGI...PAGI...PAGI, Allahu Akbar!” karena TB meneriakkan Selamat Pagi kepada kami. Ikhwan tetep satu kelompok, sementara Akhwat dibagi tiga kelompok. Kali ini yang ikhwan pecah koalisinya sehingga hanya ada 3 orang, yaitu A PH, Agus, dan Upay. Anggota setiap kelompok dibagi perannya, ada yang jadi si buta, si tuli, dan si bisu. Secara cepat dan ikhlas, A PH langsung bersedia menjadi si buta. “Hihihihi...” saya tertawa dalam hati karena saya berpikir kalo jadi si buta itu repot soalnya bisa aja kesandung batu pas jalan. Saya lebih memilih jadi si Tuli dan Upay jadi SI Bisu. Selanjutnya TB menjelaskan aturannya, begini katanya: “Si Buta harus berjalan ke arah si Tuli untuk menuangkan air ke gelas yang akan ditaruh di atas kepala si Tuli. SI Bisu memberikan kode ke si Tuli agar dapat mengarahkan Si Buta dalam perjalanan menuju ke Si Tuli.” Saya sih langsung senyam-senyum, tapi kayaknya ada yang aneh nh. OH YA! Saya baru sadar, bahwa sayalah yang dirugikan dalam permainan ini karena kana menerima banjuran dari si Buta. ARRRGHHH!@#!#!#@!#!@!...>.<. Bener kan akhirnya saya kebanjur, , , ,heu. Tapi gak papa lah, yang semua riang ^^. TB mengumumkan yang jadi pemenangnya adalah Genk Nisoph dkk. Yaaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhhhhh...lagi-lagi kami memberikan hadiah kemenangan untuk akhwat. (Bilang aja klo kalah mah) hihihi :P. Setelah itu kami disuruh mikir apakah hikmah di balik semua ini.

POS 3, yaitu POS MEMBANGUN RUMAH IMPIAN. Alhamdulilah...kami semua bersyukur, akhirnya yang pandu pos ini ganti menjadi A Agung, orang yang jarang marah, hehe. (No offense Be) :P. Kali ini orang yang memandunya per gender, ikhwan sama A agung, akhwat sama Fulanah (alias saya gak tahu, hehe). Di sini  yang ikhwan tetep hanya bertiga. Kami dibagi menjadi tiga peran, ada yang jadi MANDOR dan ada yang jadi TUKANG. Karena kebetulan saya bisa merayu a agung, akhirnya saya jadi MANDOR alias yang nyuruh-nyuruh, hahahaha...(gaya pahlawan bertopeng). Jadi aturannya kieu tah, SI MANDOR harus menginstruksikan TUKANG-TUKANG untuk membuat rumah dengan bahan Sedotan. Bentuk rumahnya hanya MANDOR yang tau. Si Tukang gak boleh ngomong atau nanya , pokoknya ikuti apa kata MANDOR. Akhirnya kami berhasil membangun RUMAHKU SURGAKU dengan waktu yang cukup................lama. But overall Good soalnya kan ada A PH sang ARSITEK PERADABAN ISLAM (Judul blog beliau gtu). Di POS ini gak ada yang menang dan kalah. Dan kami pun berpikir hikmah dibalik permainan ini.

POS 4, yaitu POS MENGETAHUI KEPRIBADIAN. Di pos ini, ikhwan dan akhwat dipandu oleh orang yang berbeda alias masing-masing atau tidak terpusat. Kali ini pesertanya menyusut menjadi dua saja, yaitu Agus(Ex-Mas’ul) dan Upay(Mas’ul masa kini se-Asia Pasifik). Dan kami terpaksa harus berduel. Awalnya saya sempet mau lapor pak satpam karena a agung menyebarkan gumpalan-gumpalan kertas yang berwarna-warni di sekeliling pohon. A agung bilang ini bukan sampah melainkan bagian dari games. Setelah mendengar penjelasan itu, kami mulai lagi. Cara mainnya bgini, saya dan upay harus memungut kertas-kertas tadi sebanyak-banyaknya dalam waktu satu menit. Singkat cerita, kami pun sudah mengumpulkannya. Nah, dari kertas-kertas yang diambil tersebut kami diitung oleh a agung paling banyak warna apa kertas yang diambil. Ternyata saya banyak ambil warna hijau, yang artinya katanya c saya bersifat Sanguinis padahal kan saya pendiam alias romantis. Kalau upay warna kuning, yaitu koleris. Setelah itu kami dijelaskan oleh a agung gaya-gaya kerja. Beliau menjelaskan MANAJER, BIROKRAT, KOMANDAN, SENIMAN, dan PELAYAN. Berdasarkan penjelasan yang diberikannya, saya dan upay cocok sebagai MANAJER. POS 4 pun selesai kami pun langsung moving untuk mendengar Taujih dari A Guna. Inilah materinya:

JUDUL MATERI: Amal Jama’i
PEMATERI: A Guna (alumni SMANSA ’98, lulus dari KAMPUS STAN lho, hehe) dan anaknya berumur kira-kira 4 tahun.
SINOPSIS MATERI:
Allah berfirman:
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa  dan  jangan  tolong-menolong  dalam  berbuat  dosa  dan pelanggaran." (Al Maaidah 5:2)

“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, seolah-olah mereka adalah bagunan yang tersusun kokoh.” (QS. Ash Shaff 61:4)
Dan Rasulullah bersabda dalam sebuah hadits:
Orang Mu’min yang satu dengan orang Mu’min lainnya seperti bangunan yang saling memperrekat.” (Muttafaq ‘alaih)

Ama jama’i merupakan sekelompok manusia yang berbeda-beda yang berhimpun bekerja bersama dan saling bersinergi karena Allah SWT. Berkumpulnya manusia yang tidak sekadar hanya berkumpul, tetapi semata-mata mengharap ridha Allah sang Rabb.
Dalam sebuah jama’ah, ada empat syarat:
1. Imam
2. Ma’mum
3. Tempat
4. Punya aturan

Semua itu harus dimiliki oleh jama’ah, seperti FORKOM ALIM’S.
Kebanyakan anggota dalam jama’ah Banyak Berbicara, Sedikit Mendengar dan atau Banyak Mendengar, Sedikit Memahami/Menghafal. Seharusnya, anggota tiap jama;ah harus tawazun dalam berbicara, mendengar, dan memahami. Tapi ada saja kecondongan seseorang. Kecondongan ini digambarkan ibarat bagian-bagian dari pohon. Pohon inilah yang mengokohkan sebuah jama’ah.

Tipe Akar.
Orang yang memiliki tipe akar biasanya pendiam, menyerap, karakternya kuat. Tidak ingin tampil. Bekerja di belakang layar.

Tipe Cabang
Orang yang memiliki tipe ini ingin terlihat, menguasai, percaya diri dan kuat. Lebih siap jadi pemimpin. Namun, kalau seorang pemimpin memiliki tipe ini, perlu wakil ketua yang bertipe akar agar sebuah jama’ah tawazun.

Tipe Daun
Orang yang memiliki tipe ini sejuk, hijau, lembut, mudah terbawa angin, maksudnya enak diajak tempat curhat karena ia selalu memberikan feed back yang diinginkan si pencurhat. Gampang gaul, kurang berpikir panjang. Tipe ini cocoknya menjadi guru TK. Kalau ia jadi guru SMA maka bakalan cepet sakit hati.

Tipe Buah
Orang dengan tipe ini suka merasa bersalah, paling gak mau menyakiti orang lain.
Setelah kita faham tipe-tipe di atas, tipe apakah diri kita? Apapun tipe kita yang pasti semua tipe memiliki perannya masing-masing. Orang  muslim,

Dalam beramal, ada hal yang perlu kita ketahui dan pahami, yaitu Bank Dunia dan Bank Akherat. Misalnya, kita mau memenuhi kebutuhuan kita yang mengharuskan kita mengambil uang dari ATM sebuah bank sejumlah Rp3.000.000,00 tapi ternyata saldo di ATM hanya Rp2.000.000,00, sehingga otomatis kebutuhan yang kita inginkan tidak dapat terpenuhi. Berbeda dengan Bank Akherat, ketika kita mau memenuhi kebutuhan dan ternyata kita tak dapat memenuhinya tapi dalam usaha pemenuhannya kita karena Allah SWT maka secara otomatis pahala akan terinvestasi di Bank Akherat seecara otomatis 24 jam. Jadi sungguh luar biasa Bank Akherat itu dibandingkan dengan Bank Dunia.

Dan begitupula soal peminjaman dari masing-masing bank. Ketika kita pinjem uang di Bank Dunia, maka akan ada bunga yang cukup besar yang harus kita bayar. Semakin lama pengembaliannya, semakin besar bunganya. Sementara Bank Akherat, ketika kita meminjamnya, maka kita tak perlu ada pengorbanan untuk membayarnya tetapi hanya perlu memeliharanya dan mensyukurinya. Kita ambil, misalkan si A mau masuk STAN dan UI. Dia belajar keras untuk masuk ke UI dan ia hanya coba-coba saja di STAN. Lalu, saat pengumuman tes si A malah keterima di STAN padahal dia mempersiapkan usahanya di UI. Nah, pahala usahanya untuk masuk UI akan ter-saving di Bank Akherat dan juga masuknya ia di STAN adalah ia meminjam dari Bank Akherat. Nah, pinjaman si A ke Bank Akherat itu kalau gak dibalikin bakalah Allah tarik secara paksa.Bagaimana caranya ? caranya misalnya Si A jadi Drop out. Lain halnya kalau si A memeliharanya dengan belajar yang rajin dan mensyukurinya serta tambah rajin ibadahnya kepada Allah SWT.
Kesimpulan dari contoh di atas adalah kita sebagai manusia jangan berputus asa dari rahmat Allah. Bukankah Allah telah berfirman:

"Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (Q.S. Yusuf : 87).

Lalu, apakah bedanya Amal Jama’i dengan kerja sama biasa? Kerja sama biasa tidak melihat ke atas (Allah) sementara amal jama’i tiap yang dilakukan selalu membawa Allah dalam setiap amalannya. Perlu kita ketahui bahwa setan tidask mengganggu dari atas, tetapi mengganggu dari kanan, kiri, bawah, depan dan belakang.
Apa yang kita lakukan jika dalam sebuah jamaah banyak terdapat tipe? Kita harus membuka sayap, yaitu mempelajari dan memahani tipe lain.




Selasa, 31 Mei 2011

Bagaimana Mentoring Mengubah Hidupku

Mendekatkan Diri pada Allah

A

ku hanya ingin berbagi pengalaman hidup dengan kalian dan memberi tahu bagaimana mentoring berperan besar mengubah segalanya menjadi jauh lebih baik.
Aku merasakan atmosfer yang berbeda saat dulu di SMP dengan di SMAN 1 Bogor. Mengapa? Karena di sini nuansa islami begitu kental terasa. Orang-orangnya pun lebih kompleks sifatnya. Ada yang pendiam, bandel, pintar, alim, orang kaya, dan lain-lain. Secara keseluruhan bagaimanapun sifatnya tetap saja mereka pintar. Lain halnya denganku yang pas-pasan (beuh..sok merendah gini). Aku tak begitu sulit menyesuaikan diri karena di SMP aku sudah banyak berorganisasi. Salah satu organisasi yang aku ikuti adalah DKM. Di sini, aku merasakan kekeluargaan yang begitu hangat. Seminggu sekali aku mengikuti kajian mentoring di mesjid Ar-Rahmah. Di kegiatan mentoring, banyak yang aku dapatkan. Mulai dari teman, nasehat-nasehat, cerita-cerita lucu dan masih banyak lagi.
Setahun pun berlalu. Hari-hariku disibukkan dengan kegiatan-kegiatan ekskul. Saat kelas dua SMA, aku direkomendasikan untuk masuk OSIS sebagai perwakilan dari salah satu ekskul yang aku ikuti. Semakin sibuk saja diriku. Pada suatu waktu, aku mulai merasa jenuh. Aku berpikir bahwa aku butuh teman untuk curhat. Kebetulan di saat-saat keadaanku seperti itu, teman-temanku termasuk beberapa teman DKM menggosipkan bahwa ada seorang perempuan yang suka denganku. Lama-kelamaan aku pun jadi suka sama perempuan itu. Dan akhirnya aku tembak dia. Astagfirulloh...!
Tak lama dari hari penembakan, seisi sekolah langsung tahu berita bahwa aku pacaran dengan seorang perempuan. Aku agak resah juga karena pada saat itu aku menjadi calon kandidat ketua DKM. Aku berpikir dalam hati, mau jadi apa DKM kalau aku jadi ketuanya. Hari-hari kulalui dengan perasaan bersalah. Entah, bersalah sama siapa.

 
      Secara otomatis, aku jadi menjauhi teman-teman DKM-ku. Jarang mengikuti mentoring dan selalu menghindar kalau ada teman DKM yang ingin menasehati. Aku tak mengira tanggapan dari teman-temanku begitu banyak. Tak seperti di SMP dulu. Aku pacaran tidak ditegur sama sekali. Banyak tanggapan-tanggapan kontra kalau aku pacaran. Dengan statusku yang punya pacar, aku dijadikan ketua salah satu deperteman di DKM. Aku semakin bingung, resah, merasa bersalah, dan tak tahu harus berbuat apa. Aku malu dengan perbuatanku sendiri. Aku malu dengan Allah. Aku yang harusnya menjadi penyebar dakwah malah  berbuat yang bertentangan dengan dakwah yang aku serukan. Betapa munafik diriku.
Saat istirahat sekolah aku berpapasan dengan kakak kelasku, seorang akhwat. Kemudian ia berkata padaku, “Fulan, kamu sedang futur ya? Saya kecewa sama kamu. Tadinya saya mau mencalonkan kamu menjadi kabid satu OSIS. Semoga Allah memberikan jalan yang benar sama kamu.” Hatiku langsung tersentak bagaikan terkena petir di siang bolong. Aku langsung merenung.
Seusai sekolah, aku langsung pulang ke rumah. Kata-kata dari kakak kelasku itu masih terngiang di pikiranku. Dan akhirnya aku putuskan untuk tidak pacaran. Tapi aku bingung bagaimana berbicara hal ini pada perempuan yang menjadi pacarku itu. Aku tidak berani. Kemudian aku punya ide yaitu dengan tidak menemuinya lagi dengan maksud agar ia kesal denganku dan akhirnya minta putus. Dan ternyata cara ini berhasil. Dia SMS kepadaku dan minta putus. Berbeda dari respon seorang laki-laki yang sedih ketika diputusin sama pacarnya, aku justru senang (aneh ya??). Perasaanku begitu lega. Perasaan yang sebelumnya selalu merasa bersalah kini menjadi tentram.
        Setelah hari dimana aku jomblo, aku berkumpul lagi dengan teman-temanku di DKM. Walaupun aku pernah bersikap tidak ramah pada mereka, mereka tetap baik padaku. Aku merasakan kekuatan ukhuwah yang luar biasa. Kami mentoring bersama lagi. Kini aku bisa menarik kesimpulan, pacaran bukanlah jalan yang terbaik untuk melepaskan kejenuhan, bukan juga untuk meningkatkan prestasi belajar. Tak ada alasan bagi kita untuk berpacaran kecuali pacaran setelah menikah. Sesungguhnya yang mengatur hati kita adalah Allah. Oleh karena itu, untuk mendapatkan ketenangan hati bukanlah dengan jalan pacaran melainkan mendekatkan diri pada Allah.
Melalui mentoring aku merasakan perubahan yang signifikan pada diriku. Aku tahu bagaimana seharusnya seorang pemuda Islam harapan bangsa dan umat bersikap. Prestasiku pun meningkat, Alhamdulilah dengan keridhoan Allah aku bisa diterima di dua universitas favorit. Kalian tahu apa yang paling aku syukuri sekarang? Aku bersyukur mempunyai teman seperti kalian. Semoga Allah selalu mempersaudarakan kita hingga di akhirat kelak...Allahu Akbar!!^.^